Jakarta – Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengungkapkan, ideologi ekstremisme menjadi ancaman kehidupan beragama khususnya agama-agama abrahamik. Diketahui, agama Islam, Kristen, dan Yahudi disebut sebagai agama samawi atau semitik, abrahamik atau Ibrahimiah karena kesamaan leluhur mereka pada sosok patriarki Abraham atau Ibrahim.
“Kita harus mempromosikan ajaran bersama tentang bahaya ideologi ekstremisme. Ideologi ekstremisme adalah ancaman agama-agama abrahamik dan bisa mengganggu tatanan perdamaian global,” tegas Fachrul dalam diskusi secara virtual pada dialog Sebuah Narasi Baru Toleransi Keluarga Abrahamik dari Uni Emirat Arab, sebagaimana dikutip Sindonews, Selasa (24/11).
Selain itu, Fachrul menegaskan, nilai perdamaian dan toleransi adalah nilai dasar dan etika yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Fachrul juga menegaskan bahwa dalam kitab suci agama-agama abrahamik, tidak ada satu ayat dan ajaran pun yang mengobarkan semangat kebencian, permusuhan, atau segala bentuk negatif lainnya. “Semua agama abrahami mengajarkan kasih sayang, keadilan, persaudaraan yang menghargai perbedaan,” tegasnya.
“Persaudaraan antara manusia dari semua bangsa dan kebudayaan yang berbeda, latar belakang agama yang berbeda tidak menjadi penghalang bagi kita untuk membangun kerjasama dan melakukan kebaikan bersama,” tambah Fachrul.
Fachrul mengatakan jika perbedaan pendapat dan pandangan merupakan sumber kekayaan dalam berdialog. “Agama-agama abrahamik hadir untuk menyelamatkan manusia dan menganjurkan kehidupan damai. Semua umat beragama mendambakan kehidupan yang toleran dan damai,” jelasnya.
Dalam akhir sambutannya, Fachrul mengutip seorang ulama Sufi tentang toleransi beragama antar sesama manusia. “Dalam konteks pentingnya perdamaian, toleransi dan persaudaraan antar sesama, seorang Ulama Sufi pernah berkata ‘manusia adalah anggota yang satu dalam penciptaannya pun dari esensi dan jiwa yang sama, jika salah satu anggota tersakiti, anggota lainnya tidak boleh tinggal diam. Jika engkau simpati pada penderitaan orang lain, maka predikat manusia tidak layak engkau sandang,” ungkapnya.