Jakarta – Di tengah bencana pandemi virus corona atau Covid-19 ini tentunya pemerintah bersama seluruh komponen bangsa harus terus menumbuhkan kesadaran terhadap masyarakat untuk bersatu dan bergotong royong dalam menyelesaikan persoalan ini. Ini sebagai upaya agar nilai gotong royong sebagai bagian dari implementasi Pancasila tidak pudar di tengah masyarakat termasuk dalam rangka kontra radikalisasi dari narasi-narasi radikal.
Hal tersebut dikatakan Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, dalam paparannya saat menjadi narasumber pada acara Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) bersama Kementerian dan Lembaga yang dilakukan secara online / daring, Senin (20/7/2020).
Rakor yang diselenggarakan oleh Kedeputian bidang Pengendalian dan Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam rangka Pembinaan Ideologi Pancasila secara gotong royong antar kelembagaan di tengah Pandemi Covid-19 ini mengambil tema “Strtegi Pembinaan Ideologi Pancasila di Tengah Pandemi Covid-19”.
“Membangun narasi kebersamaan dan gotong royong dalam menghadapi Covid-19 ini harus menjadi prioritas sebagai modal kontra radikalisasi di tengah masyarakat. Narasi-narasi kerelawanan, solidaritas, gotong royong dan kebersamaan harus menjadi narasi-narasi yang terus dikembangkan sebagai upaya kontra radikalisasi dari narasi-narasi radikal yang hendak meradikalisasi masyarakat dengan memanfaatkan isu pandemi ini,” ujar Deputi I BNPT, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis.
Lebih lanjut Deputi I mengatakan bahwa mendorong masyarakat untuk tidak sekedar menjaga jarak secara fisik (physical distancing) juga penting untuk dilakukan. Tetapi masyarakat juga penting untuk menjaga jarak dari disinformasi, hoaks, dan propaganda negatif lainnya.
“Karena pentingnya menjaga jarak dengan disinformasi, hoaks, dan juga propaganda negative lainnya itu adalah bagian dari media distancing agar masyarakat tidak secara mudah dan instan mengkonsumsi informasi dari berbagai sumber,” ujar mantan Komandan Satuan Induk Badan Intelijen Strategis (Dansat Induk Bais) TNI ini.
Dalam konteks inilah menurut Deputi I, upaya pencegahan Covid-19 ini tidak hanya semata-mata pada ketahanan atau imunitas tubuh saja yang diperhatikan, tetapi ketahanan mental dan ideologi masyarakat juga penting untuk ditingkatkan. Karena sebagian kelompok kecil masyarakat, utamanya kelompok radikal, seringkali memanfaatkan momentum krisis dan bencana dengan membingkai isu dalam framing kepentingan mereka.
“Karena berbagai kebijakan pemerintah bahkan kerap juga diserang dengan ujaran kebencian dalam rangka membangun opini negatif dan kebencian di tengah masyarakat. Penyebaran virus propaganda negatif ini apabila tidak mendapatkan penanganan yang memadai juga akan sangat berbahaya bagi masyarakat dan negara,” ujar alumni Akademi Militer (Akmil) tahun 1986 ini.
Karena menurut Deputi I, dalam berbagai media sosial dan jejaring online lainnya tentunya dapat ditemukan dengan mudah berbagai narasi yang mencoba memperkeruh suasana masyarakat di tengah pandemic ini. Berbagai isu itu semisal dari memainkan narasi covid-19 sebagai azab bagi negara thagut, memprovokasi kebencian terhadap pemerintah, mengadu domba pemerintah pusat dan daerah, memainkan isu kepanikan di tengah masyarakat
“Dengan memainkan isu-isu dan provokasi seperti itu tadi, hingga pada ujungnya mereka ini mengajukan sistem pemerintahan Khilafah sebagai solusinya. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja,” tutur perwira tinggi berpangkat bintang dua yang juga pernah menjadi Dansat Intel Bais TNI ini.
Jika dianalisa menurut Deputi I, sebenarnya isu yang dimainkan oleh kelompok ini mempunyai beberapa tujuan yang tentunya harus kita waspadai. Pertama, membangun opini untuk mendorong ketidakpercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Kedua, ingin menanamkan kepanikan sosial yang bisa mendorong terciptanya krisis dan kekacauan sosial di tengah pandemi.
“Dan yang Ketiga, ini yang menurut kami menjadi sangat berbahaya adalah, mereka ini selalu menumbuhkan persepsi dan pandangan di tengah masyarakat tentang kegagalan sistem dan dasar negara dengan mengkampanyekan khilafah sebagai solusi di tengah pandemi. Ini yang tentunya harus kita waspadai,” kata mantan Direktur Pembinaan dan Pendidikan (Dirbindik) Seskoad ini
Bahkan menurut Mayjen Hendri Lubis,, dDalam berbagai kesempatan kelompok ini juga sudah mulai bersuara seolah memberikan solusi di tengah wabah pandemi yang tidak kunjung selesai ini. Ada beberapa narasi yang dibangun oleh kelompok ini, contohnya, “Cara Khilafah Mengatasi Wabah”, “Tuntunan Syariah Mengatasi Wabah, “Wabah, Perlu Solusi Syariah”, dan lain sebagainya.
“Narasi ini dibangun sebagai alternatif yang mereka ingin tanamkan di tengah kepanikan masyarakat. Pada akhirnya apa yang diinginkan oleh kelompok ini adalah membentuk narasi Pancasila sebagai ideologi bangsa telah gagal. Nah narasi seperti ini yang tentunya harus kita waspadai untuk kita tangkal bersama,” kata Jenderal kelahiran 7 September 1963 ini
Hal seperti itu menurutnya perlu mendapatkan perhatian serius. Dalam kondisi ini Pemerintah harus bisa menghadirkan Pancasila sebagai jawaban dan solusi melalui penanaman ideologi yang kuat di tengah masyarakat. Pembinaan ideologi Pancasila di tengah pandemi sangat penting dilakukan agar masyarakat tidak terserang virus ideologis di tengah maraknya virus corona.
“Harus ada upaya kontra radikalisasi di tengah masyarakat terkait propaganda dan narasi negatif yang disebarkan oleh kelompok radikal dalam upaya meradikalisasi masyarakat di tengah pandemi. Kelompok radikal jelas bertujuan untuk melemahkan bahkan pada titik ekstrim ingin mengatakan Pancasila sebagai falsafah negara telah gagal dalam menghadapi pandemi,” tuturnya.
Dalam konteks kontra radikalisasi menurut Mayjen Hendri Lubis, harus dimainkan kontra propaganda, kontra ideologi dan kontra narasi yang bisa menguatkan Pancasila di tengah masyarakat. Dimana masyarakat harus mempunyai dan dibangun kesadarannya bahwa Pancasila Sakti di Tengah Pandemi.
“Kesaktian Pancasila di tengah-tengah Pandemi harus ditumbuhkan dan menjadi kesadaran masyarakat dengan cara mensosialisasikan, mengkampanyekan dan menarasikan nilai-nilai Pancasila di tengah pandemi,” kata pria yang dalam karir militenya banyak dihabiskan di Pasukan ‘Baret Merah’ Kopassus TNI-AD ini
Salah satu poin penting dari nilai Pancasila yang harus dibangun menurutnya adalah nilai Persatuan dan Solidaritas Sosial atau Gotong Royong. Gotong royong merupakan istilah khas Indonesia untuk menunjukkan kekuatan kerjasama dalam menyelesaikan persoalan sebagai bagian dari nilai-nilai Pancasila. Ada dua unsur gotong royong, yakni adanya sukarela dan kerjasama. Keduanya terbingkai dalam satu ruh kemanusiaan.
“Dan kita harus berbangga menyaksikan perorangan, kelompok masyarakat sipil bahkan organisasi lintas agama dan suku bergerak bersama turut menyumbang dan mendermakan harta atau sumbangan kepada masyarakat yang terdampak Covid-19. Solidaritas dan gotong royong itu tidak memperhatikan perbedaan suku, bangsa dan agama,” katanya.
Deputi I pun membeberkan data survey yang dilakukan oleh Alvara Research Center, misalnya di tengah pendapatan masyarakat Indonesia yang menurun akibat pandemi Covid-19, tetapi tidak menyurutkan niat masyarakat tersebut untuk berdonasi dalam membantu antar sesame masyarakat.
“Pada tahun 2020 ini, sebanyak 6,2 persen masyarakat berdonasi, atau naik dari 4,8 persen dibandingkan pada 2019 lalu. TEntunya hal ini harus kita baca sebagai potensi dan modal besar bahwa nilai gotong royong ini masih menjadi budaya dan falsafah hidup masyarakat Indonesia,” kata mantan Komandan Grup 3/Sandi Yudha Kopassus ini.
Untuk itulah menurutnya, di tengah bangsa Indonesia mengadapi pandemi ini, maka Pemerintah juga harus mempunyai prioritas penting untuk tidak hanya meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat tetapi juga daya tahan mental dan ideologi masyarakat.
“Dengan demikian penguatan, pembinaan dan implementasi Pancasila di tengah pandemi bisa mempercepat atasi Covid-19. Narasi kebersamaan, gotong royong dan solidaritas harus dikampanyekan dalam menghadapi musibah global ini,” ujar Mayjen Hendri Lubis mengakhiri.