Pekanbaru – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tahun ini melaksanakan kegiatan Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme, dengan tujuan meredam pertumbuhan paham radikal terorisme di lingkungan perguruan tinggi. Fakta mengejutkan muncul dari kegiatan tersebut dan membutuhkan perhatian serius untuk mengatasinya.
Kegiatan Pelibatan LDK dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme, Rabu (12/4/2017) kemarin dilaksanakan di Pekanbaru, menjadikan Universitas Riau sebagai tuan rumah. Benih radikalisme ditemukan ketika seorang peserta bernama Cahyono berkomentar menolak adanya kegiatan.
Mengawali komentarnya dengan meneriakkan kalimat takbir, Cahyono yang mengaku angkatan ke-13 di Universitas Riau, menyebut kegiatan yang diselenggarakan BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Riau sebagai forum pencucian otak mahasiswa. Dengan nada tinggi dia menyebut Negara sebagai teroris yang sebenarnya.
“Sekarang Pemerintah mau mensertifikasi khotib salat Jumat, itu fitnah kepada khotib. Pemerintah juga mengklasifikasi pesantren, ini fitnah kepada pesantren,” teriak Cahyono. Dia juga menyoroti pilihan LDK sebagai objek yang dilibatkan dalam kegiatan pencegahan terorisme.
“Kenapa LDK yang dilibatkan? Kenapa tidak BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa, Red.) yang dilibatkan? Apakah BNPT menganggap LDK sebagai tempat pembibitan teroris?” lanjutnya dengan nada semakin tinggi.
Di akhir komentarnya, Cahyono mengajak peserta lainnya untuk meninggalkan forum. “Saya tidak bisa lagi mengikuti kegiatan ini, ini forum pencucian otak. Jika teman-teman sependapat dengan apa yang saya sampaikan, mari tinggalkan tempat ini,” katanya saraya melangkah meninggalkan lokasi kegiatan.
Menyikapi komentar pedas dari Cahyono, FKPT Riau mendata jika dia bukan peserta yang terdaftar dalam undangan.
“Dia tidak registrasi ke kami. Kami juga tidak tahu jika ada peserta seperti itu,” kata Sekretaris FKPT Riau, Frida Topo.
Kasubdit Kewaspadaan BNPT, Andi Intang Dulung, menyayangkan adanya pernyataan keras dari peserta tersebut karena sempat menjadikan beberapa peserta terprovokasi meninggalkan lokasi, sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali mengikuti lanjutan kegiatan. Meski demikian temuan tersebut juga disebut sebagai keberhasilan dalam mencapai target kegiatan.
“Dengan begini kita jadi tahu, bahwa radikalisme dan penguatan paham fundamentalis memang ada dan berkembang di kampus-kampus,” ungkap Andi.
Andi Intang menegaskan, adanya temuan di Pekanbaru tidak akan menyurutkan langkah BNPT dalam melaksanakan kegiatan pelibatan LDK. “Ini menjadi evaluasi, bagaimana kegiatan ke depan harus disiapkan lebih matang, sehingga jika ada kejadian serupa bisa segera ditangani,” tandasnya.
Atas temuan tersebut, Andi Intang juga langsung berkoordinasi dengan pihak Rektorat Universitas Riau, agar perhatian lebih serius diberikan terhadap mahasiswa yang terindikasi terpapar paham radikal terorisme.
“Saya sudah sampaikan ke perwakilan Unri yang hadir, saya minta mahasiswa yang tadi berkomentar keras dipantau dan dibina. Alhamdulillah semuanya sudah dicatat dan akan segera ditangani,” pungkasnya.
Kegiatan Pelibatan LDK dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme dilaksanakan oleh BNPT dengan menggandeng FKPT di daerah. Kegiatan tersebut sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2017. [shk]