Rangkaian kegiatan di program Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) tahun anggaran 2018 akan kembali digulirkan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dari lima bidang kegiatan yang ada kepesertaan kali ini difokuskan pada aparatur pelaksana dan pendukung pemerintahan.
Dimulai dari bidang Agama, Pendidikan dan Dakwah, BNPT dan FKPT tahun ini akan melibatkan aparatur pelaksana penyuluhan agama yang terdaftar di Kementerian Agama RI. Kepada para penyluh agama tersebut akan diberikan penguatan kapasitas dalam penyusunan dan penyampaian dakwah untuk tujuan pencegahan radikalisme dan terorisme. Selain menggandeng Kementerian Agama RI untuk kepesertaan, BNPT menghadirkan sejumlah pemateri berkompeten, di antaranya dari Institute for Society and Empowerment (INSEP) dan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP).
Penyuluh agama dipilih karena keberadaannya yang sangat strategis, yaitu selalu berhadapan langsung dengan masyarakat dalam penyampaian materi seputar keagamaan. Stigma di masyarakat yang menilai terorisme memiliki keterkaitan dengan agama tertentu perlu diluruskan, dan penyuluh agama memiliki kemampuan untuk membantu pelalsanaannya. Untuk mendongkrak semangat penyuluh agama dalam berkegiatan, BNPT memberikan pemantik berupa lomba karya tulis naskah dakwah bertema “Ayat-ayat Damai”.
Bidang Ekonomi, Sosial, Budaya dan Hukum tahun 2018 ini juga akan melibatkan aparatur pelaksana pemerintahan, yaitu Kepala Desa dan Lurah. Dalam upaya pencegahan terorisme ini BNPT juga akan melibatkan Bintara Pembinanaan dan Keamanan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) dan Bintara Keamanan Desa (Babinsa), yang dalam kesehariannya berhadapan langsung dengan masyarakat. Kepada mereka BNPT akan mengenalkan upaya deteksi dini dan upaya penanggulangan terhadap potensi radikalisme dan terorisme, dengan menghadirkan pemateri dari Kementerian Dalam Negeri RI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kenapa Kepala Desa, Lurah, Babinkamtibmas dan Babinsa kami libatkan? Kami menilai pada pudak merekalah sosialisasi bahaya radikalisme dan terorisme, upaya deteksi dini dan penanggulangannya bisa dilaksanakan lebih masif. Meminjam istilah yang digunakan oleh Kepala Penelitian Sumberdaya Regional LIPI, Dr. Ganewati Wuryandari, M.A., aparatur di tingkat desa juga mampu menciptakan kohesi untuk tujuan mencegah terjadinya diskriminasi terhadap mantan narapidana terorisme. Suara aparatur desa untuk mencegah diskriminasi lebih mudah diterima oleh masyarakaynya sendiri.
Di bidang Media Massa, Hubungan Masyarakat dan Sosialisasi serta Pemberdayaan Pemuda, pelibatan aparatur juga mulai kami gagas di tahun 2018. Di dua bidang tersebut jika di tahun-tahun sebelumnya lebih fokus di keterlibatan pelajar dan mahasiswa, tahun 2018 tenaga pengajar sebagai aparatur di dunia pendidikan mulai digagas untuk dijadikan peserta.
Literasi Digital yang dipilih sebagai bentuk kegiatan di bidang Media Massa, Hubungan Masyarakat dan Sosialisasi pada tahun 2018, akan fokus mengenalkan bagaimana gadget sebagai ‘barang mewah’ harus dimiliki secara bertanggung jawab. Peserta juga akan dilatih membuat dan menyebarluaskan content positif dalam rupa meme, info dan video grafis, sehingga telepon seluler yang dimilikinya bisa dimanfaatkan membantu upaya pencegahan radikalisme dan terorisme. Keterlibatan aparatur pendidikan dalam kegiatan ini diharapkan dapat meluaskan manfaat, di mana informasi yang materi diperolehnya di kegiatan bisa disebarluaskan ke anak didik.
Sementara di bidang Pemberdayaan Pemuda video pendek masih menjadi pemantik bagaimana generasi muda digandeng dalam pencegahan terorisme. Anak-anak setingkat SMA dan sederajat dilatih dalam pembuatan video pendek dengan menggunakan gadget yang dimilikinya, termasuk teknik editing yang mudah namun menghasilkan karya yang memuaskan. Sama halnya dengan di bidang media massa, keterlibatan aparatur pendidikan dalam kegiatan Pemberdayaan diharapkan mampu meluaskan informasi dan materi, sehingga capaian manfaat atas kegiatan bisa semakin luas.
Pada akhirnya kami ingin menukil kembali pesan yang disampaikan Kepala BNPT, bahwa keterlibatan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan pencegahan terorisme. Dengan semakin luasnya penyebarluasan materi dan manfaat atas kegiatan-kegiatan yang kami laksanakan, tentu diharapkan juga semakin banyak masyarakat yang akan tersadar dan mau terlibat aktif dalam mencegah radikalisme dan terorisme.