Jakarta – Media keislaman harus berperan menjadi penerang bagi umat manusia dalam meluruskan berbagai stigma negatif yang mengatasnamakan agama islam. Pasalnya kelompok radikal terorisme melakukan propaganda dengan memelintir ayat-ayat Alquran dan Hadis untuk mempengaruhi masyarakat.
“Tugas media keislaman menjadi Al-Bayan (penerang) seperti tertuang dalam Alquran untuk menjelaskan mana yang baik dan mana yang tidak baik kepada masyarakat,” ujar dosen pascasarjana PTIC Dr. Suaib Tahir, Lc, MA, saat menjadi narasumber Workshop Peran Media Keislaman Mewujudkan Narasi Damai Dalam Rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme di Jakarta, Senin (26/10/2020).
Workshop ini diikuti oleh kurang lebih 60 pengelola media keislaman yang tergabung dalam Sindikasi Media Islam (SMI). Selama tiga hari para pengelola media keislaman mendapat pelatihan dan peningkatan skill pengelolaan konten website dan Youtube melalui peningkatan kemampuan produksi konten video, serta penguasan search engine optimization (SEO). Itu penting untuk meningkatkan performa dan konten website dan Youtube terutama peningkatan engagement, jangkauan, dan tingkat keterbacaan.
Menurut Suaib, saat ini teknologi informasi berkembang sangat luar biasa sehingga mau tidak mau semua orang harus terlibat menjelajahinya. Seperti dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk berolahraga berenang dan memanah.
“Artinya kita harus ikut mengarungi itu. Itulah hakikat anda yaitu anda sudah berenang,” jelas pria jebolan Universita Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Pun begitu artinya memanah, pria asal Pinrang ini mengungkapkan bahwa memanah itu artinya bukan secara riil belajar memanah untuk berperang. Tapi bagaimana mengartikan bahwa ‘memanah’ target yang tepat dengan membuat konten-konten yang berlandaskan islam rahmatan lil alamin.
“Konten-konten yang jadi ‘anak panah’ sehingga bisa menyebar kemana-mana untuk mencapai targetnya, apakah itu tulisan, meme, infografis dan sebagainya,” tutur Suaib yang membawakan makalah berjudul “Perkembangan Narasi Terorisme”.
Hal ini, menurut Suaib, harus diseting dalam diri pengelola keislaman. Juga ditanamkan bahwa apa yang kita lakukan ini telah dipersiapkan dan disyariatkan agama.
“Tugas kita jelas dalam Alquran. Kita harus mensetting diri kita bahwa apa yang kita lakukan itu amanah dari Hadis, Alquran. Kita harus setting real target, apa yang ingin kita capai, siapa sasaran kita, segmentasi mana yang kita jadikan sasaran kontra narasi. Kita harus clear disini,” terang Direktur Damar Institute ini.
Selain Suaib, narasumber lain kegiatan hari kedua workshop ini adalah mantan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol (purn) Ir. Hamli, ME, yang membawakan paparan tentang “Perkembangan Terorisme dan Pencegahan Melalui Media”. Pada kesempatan ini, Hamli memberikan pemahaman kepada peserta workshop fakta dan data tentang radikalisme dan terorisme di Indonesia serta cara-cara pencegahannya melalui media keislaman.
Ia mengajak media-media keislaman untuk bersama menjaga NKRI. Pasalnya, kalau terus terjadi konflik yang dipicu oleh paham radikal terorisme seperti di Pakistan, Afghanistan, Yaman, Suriah, negara akan hancur.
“Anda mungkin gak bisa nikah. Kalau sudah nikah pun, anak juga gak bisa sekolah tenang. Kalau pingin masih silaturahmi atau ternak teri (nganter anak, nganter istri). Teman-teman harus menggaungkan konten-konten damai dan keislaman yang rahmatan lil alamin,” kata Hamli.
Sebelumnya, Heri Ambara dari Drone Emprit lebih dulu memberikan materi “Metadata Analisis Media Sosial”, disusul Novrika (Analis PMD BNPT) dengan materi “Analisis Media Sosial”.
Pada sesi siang, peserta diberikan pemahaman “Pengenalan SEO Keislaman dan Mengedit Tulisan Sesuai SEO” oleh M. Masrur Irsyadi, dilanjutkan pemateri selanjutnya Ibnu Kharis dengan “Evaluasi Editorial SEO”.
Pada sesi malam, peserta diberikan materi “Mengenal Produksi Video” oleh Ahmad Rozali dan “Meningkatkan Engagement Jam Tayang Youtube” oleh Husein Ja’far Al Hadar.