Jakarta, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. DR. Saud Usman Nasution, SH, MH, secara resmi melantik Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir sebagai Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT. Acara sertijab Deputi I BNPT ini digelar di Gedung Pelatihan BNPT, Komplek IPSC (Indonesia Peace and Security Center), Sentul, Bogor, Rabu, 6 Januari 2016.
Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir yang sebelumnnya menjabat sebagai Sekretaris Utama (Sestama) BNPT ini menggantikan Mayjen TNI Agus Surya Bakti yang sejak 28 Oktober 2015 lalu secara resmi telah dilantik sebagai Pangdam VII/Wirabuana oleh KSAD Jenderal TNI Mulyono.
Dalam kesempatan tersebut Kepala BNPT juga melantik Brigjen TNI. R. Gautama Wiranegara sebagai Sestama BNPT menggantikan Mayjen Abdul Rahman Kadir. Sebelum menjabat sebagai Sestama BNPT, Brigjen R. Gautama menjabat sebagai Direktur Kontra Separatis pada Deputi III Badan Intelijen Negara (BIN).
Pejabat lain yang dilantik adalah Brigjen Pol. Mohammad Syafii, SH sebagai Direktur Pembinaan Kemampuan pada Deputi II BNPT menggantikan Irjen Pol Petrus Golose yang saat ini menjabat sebagai Deputi III bidang Kerjasam Internasional BNPT.
Dalam amanatnya Kepala BNPT mengatakan bahwa sertijab merupakan suatu dinamika yang biasa terjadi dalam organisasi. Ka. BNPT meminta kepada para pejabat baru untuk fokus terhadap tugas dan wewenang yang telah diberikan.
Kepala BNPT mengingatkan bahwa ancaman radikalisme dan terorisme belum akan berakhir bilamana tujuan dari kelompok radikal terorisme dalam membentuk Daulah Islamiyah/Khilafah Islamiyah belum terwujud dan masyarakat sendiri termasuk para ulama bersifat apatis.
“Hal itu tentunya akan menyuburkan dan memberi ruang bagi berkembangnya aksi radikalisme dan terorisme,” ujar Kepala BNPT.
Alumni Akpol 1981 ini kembali menekankan bahwa adapun akar masalah radikalisme dan terorisme berdasarkan dari hasil penelitian ilmiah dan pengalaman penaganan kasus radikalisme dan terorisme itu yakni Ketidakadilan, dendam, ketidakpuasan, kesenjangan sosial, kemiskinan dan pemahaman ideologi/radialisme.
“Untuk itu dalam menaggulangi aksi radikalisme dan terorisme ini harus dilakukan dari hilir sampai hulu, dalam arti seluruh komponen bangsa harus dilibatkan dalam penaggulangan radikalisme dan terorisme seperti keterlibatan para ulama/da’i, dosen, guru, pimpinan pesantren, tokoh masyarakat, mahasiswa, jurnalis, santri dan sebagainya,” ujar mantan Kadensus 88 Anti Teror Mabes Polri ini.
Untuk itu menurut Ka. BNPT, dalam hal penanggulangan terorisme dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu Pendekatan Hukum (hard approch) yang menitikberatkan pada aspek penegakan hukum dengan melibatkan aparat keamanan seperti Densus 88, Jaksa maupun hakim dan Pendekatan Persuasif (soft approch) yang menitikberatkan pada aspek dialogis dengan kelompok militan, para teroris, mantan teroris dan keluarganya.
“Untuk itu saya berpesan kepada para pejabat baru ini agar lebih fokus kepada kegiatan yang tepat guna, tepat sasaran, akuntabel dan terukur dengan start yang bagus di awal tahun 2016 ini. Apa yang sudah berjalan bagus terus ditingkatkan dan kelemahan di tahun 2015 lalu agar diperbaiki,” ujar mantan Wakabaresrim Mabes Polri ini.
Seperti diketahui bahwa Mayjen Abdul Rahman Kadir dan Mayjen Agus SB adalah sama-sama lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1984. Keduanya sama-sama dibesarkan di Korps Baret Merah, Kopassus. Di pasukan elite TNI-AD itu Mayjen Abdul Rahman Kadir pernah menjabat sebagai Komandan Satuan 81/Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus dan pernah juga menjadi Danrem 074/Wirastratama di Solo. Sebelum menjadi Sestama di BNPT, Mayjen Abdul Rahman Kadir juga pernah menjabat sebagai Direktur Perlindungan pada Deputi I BNPT
Sementara Mayjen Agus SB sendiri pernah menjabat sebagai Komandan Grup 3/Sandi Yudha Kopassus. Suami artis Bella Saphira ini sendiri menjabat sebagai Deputi I BNPT sejak tahun 2011 silam. Mayjen Agus SB adalah tokoh utama yang berada di balik lahirnya cetak biru kebijakan dan strategi pencegahan terorisme yang dijalankan di BNPT. Konsep pencegahan yang ia lakukan selama di BNPT dikenal dengan sebutan “Pencegahan Semesta”, dimana keterlibatan seluruh elemen masyarakat menjadi kekuatan utamanya.