Jakarta – Berbagai elemen masyarakat perlu mengambil pelajaran dari Hari Kesaktian Pancasila, hari yang sangat monumental dalam sejarah nasional.
“Ambil pelajaran dari sejarah bangsa, tidak dalam posisi memusuhi si A atau si B, kita tak ada pretensi mengklaim atau menyudutkan orang, tapi mengambil fakta sejarah,” kata Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Sabtu (30/9/2017).
Menurut Sohibul, mengenang suatu peristiwa sejarah tidak perlu hingga menimbulkan friksi dan permusuhan di tengah masyarakat. Dia juga meminta kader beserta masyarakat mengikuti imbauan pemerintah untuk mengibarkan bendera setengah tiang pada 30 September sebagai tanda berkabung, dan memasang bendera tiang penuh pada 1 Oktober.
Soal isu kebangkitan PKI, dia mengatakan, merujuk pada Tap MPRS No 25 tahun 1996, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) masih melarang berdiri PKI. Namun, berhubungan dengan pihak-pihak seperti anak keturunan yang terlibat PKI harus dengan rasa kemanusiaan dan hak asasi.
Sekretaris Jenderal DPP PKS Mustafa Kamal menambahkan, PKS mendukung program yang diprakarsai TNI melaksanakan kegiatan peringatan peristiwa 30 September dengan nonton bersama (nobar) film Pengkhianatan G30S PKI.
Menurutnya, kegiatan itu telah disetujui Pemerintah Indonesia, terutama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan. PKS juga setuju dan ikut mengimbau struktur, kader, serta simpatisan untuk ikut mendukung segala kegiatan peringatan G30S PKI.
Mustafa juga menyarankan selain melakukan nobar juga ada diskusi dalam rangka membahas film bersama narasumber, baik dari kalangan akademisi, saksi sejarah, atau pakar lainnya.
Sebelumnya, Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) Yudi Latif mengatakan, bangsa Indonesia tidak perlu mencari ideologi lain di luar Pancasila. “Pancasila sudah terbukti menyelamatkan kita dari berbagai ujian sejarah. Marilah kita jalankan saja Pancasila secara sungguh-sungguh dan konsisten,” katanya di Jakarta, Jumat (29/9/2017).
Pancasila merupakan titik keseimbangan Indonesia sebagai negara majemuk serta sebagai titik tuju pemberi orientasi ke mana bangsa ini akan diarahkan.