Balikpapan – Melemahnya media-media mainstream konvensional karena menjamurnya media online dinilai menjadi salah satu alasan mudah menyebar dan berkembangnya hoaks (berita bohong) di lingkungkan masyarakat.
Hal itu diungkapkan praktisi jurnalis Hasudungan Sirait saat menjadi narasumber Kegiatan Rembuk Aparatur Kelurahan dan Desa tentang Literasi Informasi yang diadakan Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegarahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Timur di Hotel Grand Tjokro, Balikpapan (28/03/19).
“Dulu filter berita adalah media massa, ada standar terhadap berita yang tersebar. Di media massa ada disiplin verifikasi, seorang wartawan boleh mendapat informasi apapun,tetapi harus mengecek kebenaran informasi tersebut. Namun jaman berubah,muncul internet, siapapun bisa jadi pewarta, media mainstream jadi babak belur,berita yang belum tentu kebenarannya menebar dimana-mana” ungkapnya.
Menurutnya, terjadi semacam perubahan iklim dan pola pemberitaan karena menjamurnya portal-portal berita online. Dimana portal online dituntut untuk menyajikan jumlah berita yang banyak, sehingga menjadi kurangnya verifikasi dari berita itu sendiri.
“Iklim media massa berubah semenjak adanya portal-portal berita, mereka dituntut untuk membuat 10-15 berita, sehingga mereka mencari berita dari sumber manapun. Salah satunya dari media sosial. Sayangnya mereka juga tidak selalu memverifikasi, menyebarkan secara mentah sehingga mereka ikut menjadi media yang menebarkan hoaks tersebut,” ungkapnya
Ia juga menegaskan peran medsos yang cenderung besar atas penyebaran berita hoaks, karena minimnya filterisasi dan regulasi.
“Medsos ini yang paling gila, siapapun bisa berkata apapun, tidak ada filterisasinya, tidak ada regulasinya, sehingga dibutuhkan literasi media,bagaimana menggunakan media secara baik, disaring dulu sebelum disebarkan,” tegasnya.
Hasudungan berharap setelah selesainya acara ini, para Babinsa, Babinkamtibmas dan Aparatur Daerah setempat yang menghadiri acara ini bisa memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat di lingkungannya, sehingga masyarakat memiliki kemampuan dalam memfilterisasi berita untuk dirinya sendiri dan orang disekitarnya.
“Masyarakat harus dicerdaskan dan dilibatkan, sehingga mereka bisa memfilterisasi sendiri dan untuk khalayak disekitarnya,” tukasnya.
Dalam kegiatan ini Hasudungan juga memberikan workshop terkait public speaking, dimana nantinya para aparatur daerah yang terlibat dapat memberikan pemahaman terkait radikal terorisme dan hoaks kepada masyarakat dengan lebih baik dan efektif.