Yogyakarta – Di tengah pandemi Covid-19 yang membuat arus informasi meningkat lebih deras dari biasanya menuntut masyarakat untuk bisa memilah informasi yang tepat dan terhindar dari hoaks. Berpikir kritis adalah salah satu upaya mewujudkannya.
Hal itu disampaikan Menteri Sekretaris Negara, Pratikno dalam bincang-bincang bertajuk “Iqro: Membaca Dinamika Zaman dari Beragam Perspektif” dalam rangkaian Gebyar Ramadan Mardliyyah di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Minggu (10/5/2020) malam.
Acara ini digelar secara daring dalam rangka soft launching Masjid Kampus Mardliyyah UGM sekaligus peringatan malam Nuzulul Quran pada bulan Ramadan ini.
“Informasi yang banyak saling mencuri perhatian masyarakat, entah itu benar atau salah. Masyarakat memerlukan penyaring. Kalau berdasarkan hemat saya, penyaring tersebut adalah berpikir kritis,” kata Pratikno melalui keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, seperti dikutip Antara, Senin (11/5).
Dalam kesempatan itu, Pratikno mengatakan melalui pandemi Covid-19 ini masyarakat Indonesia mulai banyak menyerap pengetahuan. Hal itu disebabkan derasnya arus informasi yang menurutnya sebagai berkah tersendiri. Namun, Pratikno juga melihat bahwa tidak semua informasi tersebut sesuai dengan fakta atau hoaks.
Senada dengan Pratikno, koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menuturkan bahwa berpikir kritis penting untuk memilah informasi. Hal ini, menurut dia, sesuai wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yakni Iqra, yang artinya adalah bacalah sehingga masyarakat juga perlu membaca.
“Membaca dinamika zaman melalui literatur-literatur penting untuk menyesuaikan diri dengan konteks situasi yang sedang mereka hadapi. Seperti dalam beragama yang utama adalah memuliakan Tuhan dan membangun kemaslahatan di muka bumi. Mengenai caranya, kita beragama sekarang sesuai media dan tata caranya sesuai perkembangan zaman ini,” kata dia.
Alissa juga berharap masyarakat juga perlu melakukan perubahan perilaku serta kepercayaan mereka jika ingin menyukseskan upaya penanggulangan pandemi Covid-19 ini. Walau pun nantinya ada vaksin dan kebijakan dari pemerintah, tapi perilaku tidak berubah maka percuma.
Karena itu, Alissa menyarankan kepada pemerintah agar fokusnya sekarang tidak hanya pada inovasi untuk penanggulangan Covid-19 ini. Ia berharap pemerintah juga menggencarkan edukasi terkait dengan kebijakan-kebijakan mereka.
“Anjuran-anjuran seperti ‘social distancing’, ‘work from home’, serta larangan mudik, pemerintah perlu melakukan upaya-upaya edukasi yang masif dan tegas kepada masyarakat, pola pikir masyarakat harus diubah untuk menghentikan penyebaran pandemi ini. Sekarang tinggal bagaimana cara pemerintah melakukannya,” kata dia.