Jakarta – Usai mengumpulkan databased alam upaya untuk menyusun draf Standar Operasional Prosedur (SOP) Sistem Keamanan Lingkungan Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) / Sekolah Internasional dan Sistem Keamanan Objek Vital Ketanagalistrikan dalam menghadapi Ancaman Teorisme, Direktorat Perlindungan pada Kedeputian I BNPT menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) penyusunan SOP tersebut.
Rakor tersebut digelar di Hotel Aston, Jl. TB Simatupang, Jakarta, pada Rabu hingga Jumat (20-22/7/2016) mendatang. Acara Rakor tersebut dibuka Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir.
“Kita semua yang hadir disini tentunya untuk menyamakan visi dan misi kita dalam rangka pembuatan SOP. Harapan kita dari Rakor SOP ini bisa kita dijadikan sarana untuk bisa menyampaikan pendapat sesuai dengan bidang kita masing-masing,” ujar Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir saat memberikan sambutan dalam pembukaan acara tersebut.
Mantan Sekretaris Utama (Sestama) BNPT ini berharap, SOP yang dibuat ini nantinya bisa dilaksanakan dengan baik oleh seluruh steakholder. “Jangan sampai SOP itu nanti sudah jadi malah membuat kita menjadi sulit. Jangan SOP ini nantinya sudah jadi, tapi kita tidak bisa laksanakan,” ujar Alumni Akmil 1984 ini,
Hal tersebut dikatakan pria yang pernah menjadi Direktur Perlindungan BNPT ini cukup penting dikarenakan salah satu ancaman yang didapatkan pada kejadian peledakan bom di Jl. MH Thamrin, Jakarta beberapa waktu lalu sejatinya bukanlah kawasan Thamrin yang dijadikan sasaran utama kelompok terorisme tersebut.
“Target utama mereka yang pertama adalah bandara, yang kedua adalah sekolah internasional. Nyatanya mereka meledakkan di Jl Thamrin. Kenapa penyusunan ini dipercepat karena baru di tahun 2016 tahun ini penyusunan databasenya,” ujar pria yang dibesarkan di korps “Baret Merah” Kopassus ini.
Menurut pria asli Makassar ini, seharusnya di tahun 2016 ini adalah untuk menyusun database, lalu di programkan untuk tahun berikutnya yang setelah baru dilanjutkan ke penyusunan SOP-nya, agar database yang didapatkan itu lebih sempurna dahulu.
“Ternyata situasinya saat ini lebih mendesak untuk membuat dengan segera SOP itu karena saat ini sudah menjadi ancaman nyata. Kalau untuk masuk ke sekolah internasional itu bisa dibilang agak susah. Tapi kalau pelaku ini meledakkan di luar sekolah yang disasar, tentunya sudah berdampak terhadap situasi keamanan dan juga berdampak kepada para siswa dan juga para pengajarnya,” kata mantan Danrem 074/Wirastratama Surakarta ini.
Karena menurutnya, kelompok teroris itu tidak melihat dari besar kecilnya dampak jumlah korban yang ditimbulkan dari ledakan tersebut, tetapi berdasarkan dari besar kecilnya rasa takut yang ditimbulkan dari akibat ledakan tersebut.
“Maka saat dia melakukan peledakan, dia berharap orang takut saja sudah cukup, tapi kalau ada korban banyak bagi kelompot teroris tersebut akan lebih bagus lagi. Sedikit korban bagi mereka tidak masalah, tapi sudah timbul rasa takut bagi masyarakat,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Komandan Satuan 81/Penanggulangan Teror, Kopassus TNI-AD ini menjelaskan.
Untuk itu dirinya berharap adanya banyak masukan pendapat dari para peserta yang hadir dalam penyusunan SOP tersebut. Maka dari itu peserta dari rakor SOP ini adalah semua steakholder yang terkait baik dari SPK maupun dari objek vital ketenagalistrikan.
“Jadi SOP ini adalah betul-betul SOP yang bisa dilakukan oleh semua steakholder yang tentunya SOP ini bisa bermanfaat bagi objek vital kelistrikan dan sekolah internasional. Karena kalau tidak, dua objek ini akan sangat vital kalau terjadi aksi terorisme,” ujarnya
Dirinya menambahkan, ancaman terorisme di Tanah Air ini masih sangat tinggi meskipun salah satu pelaku aksi terorisme di Poso, Sulawesi Tengah seperti Santoso sudah berhasil di tembak mati oleh Satgas Operasi Tinombala.
“Meski Santoso telah tewas, tapi hirarki mereka jika pimpinannya sudah mati maka orang keduanya yakni si Basri ini yang akan menersukan aksi tersebut. Mudah2 bisa ditumpas juga. Meski kelompok mereka ini kecil, tapi militansinya sangat tinggi sekali,” katanya
Untuk itu dengan rakor penyusunan SOP ini bisa memberikan moril bagi BNPT untuk tetap berupaya berbuat maksimal untuk membuat SOP yang bisa dilaksanakan oleh semua steakholder.
“Karena kalau dibuat SOP tetapi tidak bisa dilaksanakan maka juga akan percuma. Karena sekecil apapun partisipasi para steakholder yang hadir ini saya yakin akan bermanfaat bagi kita semua dalam menanggulangi aksi terorisme di negara kita ini,” ujarnya mengakhiri sambutannya.
Seperti diketahui, untuk mendapatkan hasil kajian yang maksimal, BNPT melibatkan berbagai instansi terkait dalam penyusunan SOP tersebut, yakni Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud RI yang berperan sebagai penghubung Tim Penyusun Database Sistem Keamanan Lingkungan Satuan Pendidikan Kerjasama, Direktorat Pengamanan Obyek Vital Mabes Polri, Unsur peneliti dari Departemen Sosiologi Universitas Indonesia (UI), Departemen Kriminologi UI, Lembaga Daulat Bangsa
Selain itu Rakor penyusunan SOP ini juga dihadiri dari Badan Intelijen Strategi (BAIS) TNI, BIN serta perwakilan dari satuan Anti Teror TNI dan Polri seperti Satuan 81 Penanggulangan Teror Kopassus TNI-AD, Denjaka TNI-AL, Satuan Bravo 90 Anti Teror Paskhas dan Densus 88 Anti Teror Polri