Jakarta – Sebagai negara pemasok pekerja migran terbesar di Asia, Indonesia saat ini sudah harus mulai waspada dengan maraknya ideologi terorisme yang sudah menyasar para pekerja tersebut.
Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah menilai penting untuk menanamkan wawasan kebangsaan pada Pekerja Migran Indonesia (PMI), di waktu sebelum mereka berangkat bekerja ke luar negeri.
“Saya harus bergerak cepat, melakukan koordinasi dan memutuskan untuk memberikan wawasan kebangsaan dan ideologi kepada para pekerja migran sebelum berangkat ke luar negeri,” kata Ida dalam keterangan tertulisnya, Minggu (8/11).
Ida menjelaskan, pihaknya akan menggandeng Kementerian Pertahanan untuk memberikan pembekalan bela negara bagi para calon pekerja migran Indonesia (PMI) untuk mencegah paparan radikalisme sebelum berangkat ke luar negeri.
“Kemenaker akan menggandeng Kementerian Pertahanan untuk menyiapkan kurikulum bela negara yang akan masuk dalam bahan pelatihan bagi calon PMI,” tambahnya.
Ida mengaku tidak ingin kecolongan kembali dengan kejadian perekrutan yang dilakukan teroris terhadap PMI, Abdullah Hasyim atau Carsim yang dicurigai oleh pihak Korsel sebagai teroris.
Warga Kabupaten Indramayu itu dinyatakan berangkat ilegal dan pada tahun 2007 dideportasi dari Korsel.
Selain pembekalan bela negara, Kemnaker juga menggencarkan sosialisasi ke desa-desa untuk mencegah pekerja migran Indonesia (PMI) non-prosedural. Upaya itu sekaligus untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya bekerja di luar negri melalui jalur prosedural.
Sosialisasi tersebut juga bertujuan agar peristiwa kelam di Malaysia pada 2011 kembali terjadi. Ketika itu ada pekerja migran Indonesia (PMI) non-prosedural meninggal kelaparan karena sengaja tidak diberikan makan oleh majikannya.
“Oleh karena itu, penting bagi para calon PMI untuk melewati jalur prosedural yang disediakan oleh kemnaker,” kata Ida Fauziyah.
Menurut Ida, Kemnaker terus mengingatkan penempatan calon PMI harus sesuai nilai kemanusiaan.