Jakarta – Politik identitas harus dijadikan atensi oleh seluruh masyarakat jelang Pemilu 2024. Sebab, bila politik identitas hadir dan digelorakan, bukan tidak mungkin persatuan bangsa terancam.
Pernyataan itu disampaikan tokoh militer, mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakil KSAD) Letjen (Purn) Kiki Syahnakri dalam diskusi bertajuk “Mewaspadai Kembalinya Politik Identitas dan Polarisasi Menjelang Pilpres 2024” di Hotel Hemangini, Kota Bandung, Sabtu (19/8/2023).
Kiki Syahnakri menyatakan, terdapat 3 ciri keindonesiaan yang sangat khas. Secara demografi, Indonesia merupakan negara kepulauan. Mengelola negara kepulauan jauh lebih sulit daripada mengelola negara kontinental.
“Misalnya, ingin menyamakan harga minyak, di Jakarta dengan Papua. Kalau di negara kontinental mungkin ongkosnya lebih murah, lebih gampang, tapi di negara kepulauan pasti memerlukan subsidi lebih besar lagi,” kata Kiki Syahnakri.
Kemudian, ciri kedua adalah secara demografis letak Indonesia sangat strategis. Salah satunya terletak di dua benua dan dua samudera, sehingga ini yang membuatnya sangat strategis.
“Kestrategisan itu bisa kita lihat dari 72 persen perdagangan di dunia ini dikapalkan lewat perairan Indonesia. Selat Malaka,” ujar dia.
Selanjutnya, tutur Kiki Syahnakri, secara demografi juga kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia luar biasa. Ini terbukti dari adanya nikel, batu bara, mineral, dan sebagainya. Karena itu, dalam ciri-ciri geografis itu pasti beredar kepentingan-kepentingan asing, terutama negara adikuasa.
Bahkan, Kiki menyebut, suatu saat pasti bertabrakan dengan kepentingan nasional.
“Kepentingan-kepentingan itu biasanya kalau negara adikuasa karena dia menguasai teritorial, kekuatan bersenjata, sehingga karena kepentingan mereka di Nusantara ini yang paling pokok adalah ingin ikut menikmati, menghisap, mengeksploitasi kekayaan sumber daya alam kita. Itu pasti,” tutur Kiki Syahnakri.