Balikpapan – Di awal kegiatan Pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2018 wilayah Kalimantan Timur (Kaltim), para peserta diberikan pembekalan. Tidak hanya pembekalan materi pelatihan, juga dihadirkan mantan teroris untuk memberikan testimoni tentang bagaimana perjalanan hidupnya dari belum terpapar sampai terpapar, dan kemudian tobat.
Yudi Zulfahri, mantan teroris yang pernah dibui 9 tahun karena terlibat sebagai tokoh utama pelatihan militer di Aceh 2010, dihadirkan untuk menceritakan pengalaman hidupnya. Tak dinyana, pria kelahiran Aceh, 18 Maret 1982 ini, dulunya adalah lulusan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), yang salah jalan saat akan belajar tentang agama.
“Saya mulai tertarik ikut pengajian saat semester. Ada sesuatu yang gak pernah saya rencanakan dan gak bisa saya tolak, yang akhirya merubah sejarah hidup saya, yaitu hidayah. Dari yang gak peduli sama sekali dengan agama dan ibadah, kemudian datang hidayah, sehingga saya seperti keranjingan belajar agama,” ungkap Yudhi.
Setelah wisuda, Yudhi pun langsung pulang ke Aceh. Saat itu ia sedang semangat belajar agama dan langsung mencari pengajian untuk menyambung apa yang didapat dari pengajian di kampus. Sebenarnya apa yang dia dapat dari pengajian kampus tidak ada yang aneh, malah diwajibkan taat kepada pemerintah. Namun disana sudah mulai ada penyempitan ruang beribadahnya dengan merujuk ajak salafy bahwa maulid itu bid’ah, dan juga wahabi.
Ia kemudian dapat pengajian sejenis di Aceh, hanya bedanya di sana harus memberonttak ke pemerintah. Akhirnya dengan penuh kegalauan, ia memilih keluar dari PNS, karena pemerintah dianggap kafir. Dua tahun Yudhi menghilang dan pergi ke Bandung untuk berguru dengan Alawi Makmun yang kemudian membawa di masuk jaringan Aman Abdurrahman.
Yudhi akhirnya masuk makin dalam. Dari awalnya ikut pengajian dan menyelamatkan iman, tapi ia masuk semakin dalam sampai menjadi tokoh pelatihan militer di Aceh. Ia kemudian divonis 9 tahun karena terbukti memprakarsai upaya pemberontakan.
“Dahsyatnya terorisme dan ekstremisme yang merubah orang dari biasa menjadi radikal. Bayangkan ini terjadi pada banyak orang dan banyak juga belum terdeteksi,” tukasnya.
Ia menegaskan, bahwa radikalisme dan terorisme ini sangat berbahaya. Ia bahkan menyebut paham ini seperti zombie yang menghilangkan fitrah seseorang karena orang yang terkena virus radikalisme dan ekstremisme ini tidak lagi hidup bermasyarakat. Ia meyakini keterlibatan anak muda seperti duta damai dunia maya ini sangat tepat untuk memerangi penyebaran virus tersebut.
“Anak muda menjadi target penyebaran paham ini sehingga anak muda paling tepat untuk bisa menangkal dan menjadi benteng bagi bangsa ini. Makanya kegiatan ini tidak main-main dan sangat pas untuk membentengi anak muda dari jeratan virus terorisme ini,” pungkas Yudhi.