Mantan Napiter: Menjadi Radikal adalah Perbuatan Bodoh

Tarakan – Penyelasan memang selalu datang belakangan, dan itu juga yang dirasakan mantan narapidana terorisme, Muhtar Khairi. Lama terlibat dalam jaringan pelaku terorisme hingga mengantarkannya pada pemenjaraan, sekarang dia menyebut menjadi radikal adalah sikap bodoh.

Hal itu disampaikan oleh Muhtar saat menjadi narasumber dalam kegiatan dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Utara di Kota Tarakan, Rabu (3/5/2017).

“Jangan mudah mengkafirkan teman-teman Anda, mereka adalah teman seiman dan seaqidah kita. Kafirkanlah kebodohan dan kemiskinan, itulah pangkal perbuatan bodoh, yaitu radikal,” kata Muhtar di hadapan puluhan mahasiswa dan dosen dari sejumlah kampus di Kota Tarakan dan sekitarnya.

Muhtar yang akibat terlibat dalam pelatihan terorisme di Bukit Janto, Aceh, diganjar hukuman 5 tahun 8 bulan tersebut mengaku menyesali apa yang menjadi pilihannya dulu. Dia meminta masyarakat untuk tidak meniru kesalahannya di masa lalu. “Khususnya yang di sini, teman-teman mahasiswa, tinggalkan ajakan menjadi radikal,” tegasnya.

Apa yang disampaikan Muhtar dibenarkan oleh Suaib, akademisi yang lama melakukan penelitian pada hal-hal seputar Timur Tengah. Di forum yang sama dia mengajak masyarakat Tarakan untuk tidak mudah mengkafirkan sesama.

“Al Quran menegaskan perintah kepada kita untuk memuliakan anak cucu keturunan (Nabi) Adam, apapun agamanya. Itulah konteks Islam Rahmatan lil ‘Alamin,” ungkap Suaib.

Kegiatan dialog Pelibatan LDK dan Birokrasi Kampus akan dan sudah diselenggarakan di 32 provinsi di sepanjang tahun 2017. [shk]