Makin Tambah Runyam Perang Saudara, Uni Eropa Kecam AS Labeli Houthi Teroris

Brussels – Uni Eropa mengecam keputusan Amerika Serikat untuk melabeli kelompok pemberontak Yaman, Houthi sebagai teroris pada Selasa (14/12/2021). Kecaman itu disampaikan karena keputusan AS itu dapat menghalangi upaya perdamaian dan pengiriman bantuan ke negara itu.

Pengumuman AS itu hanya berselang 10 hari sebelum Presiden Donald Trump angkat kaki dari Gedung Putih, Minggu (10/1/2021). Joe Biden akan menggantikan sebagai presiden AS.

Para pembantu Trump berdalih, pemberlakkuan label teroris ke Houthi itu pada malam pelantikan Biden, sebagai upaya meningkatkan dorongan baru untuk mengakhiri perang saudara di Yaman yang telah berlangsung bertahun-tahun.

Namun klaim itu dimentahkan Uni Eropa, Selasa (12/1/2021). Uni Eropa menilai keputusan AS itu justru akan memperumit upaya yang dijanjikan presiden selanjutnya untuk memulai kembali diplomasi dengan Iran, yang memiliki hubungan dengan Houthi.

Selain Uni Eropa, sejumlah kelompok bantuan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mengkritik keras langkah AS tersebut. Mereka khawatir itu akan memperburuk krisis Yaman dalam hal kemanusian yang sudah mengerikan, seperti kelaparan, akibat perang menahun.

Juru bicara kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell mengatakan keputusan AS berisiko membuat upaya yang dipimpin PBB untuk mencapai solusi komprehensif terhadap konflik Yaman semakin sulit.

“Ini akan mempersulit hubungan diplomatik yang diperlukan dengan Ansar Allah (Houthi) dan pekerja komunitas internasional dalam masalah politik, kemanusiaan, dan pembangunan,” kata Borrell.

Dijelaskan bahwa penetapan tersebut kemungkinan akan memiliki efek mengganggu terhadap pengiriman bantuan kemanusian yang didanai oleh komunitas internasional.

Selanjutnya memperburuk krisis Yaman dalam ekonomi yang telah jatuh akibat konflik selama lebih dari 5 tahun. Kelompok pemberontah, Houthi, mengontrol sebagian besar Yaman dan telah menghadapi serangan berdarah dari Arab Saudi sekutu AS. Sementara, jutaan penduduk di negara itu bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup.

Penetapan sebagai kelompok teroris diperkirakan untuk menakut-nakuti aktor luar dari banyak transaksi dengan otoritas Huthi, termasuk transfer bank, membeli makanan dan bahan bakar, karena takut akan konsekuensi tuntutan dari AS. Kelompok bantuan telah memperingatkan terhadap daftar hitam Houthi, mengatakan bahwa mereka tidak punya pilihan, selain berurusan dengan pemerintah de facto di Yaman utara.