Jakarta – Jelang akhir tahun 2020 fenomena teroris kembali mengemuka. Bukan berupa aksi terorisme, tapi temuan-temuan kepolisian terkait upaya kelompok teroris untuk membangun kekuatan.
Setelah ditemukannya ribuan kotak amal yang digunakan untuk mengumpulkan dana oleh kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI), kini kembali muncul kabar keberadaan anak-anak muda yang dilatih menjadi teroris.
Menko Polhukam Mahfud Md mengungkapkan bahwa ia mendapatkan informasi mengenai anak-anak muda yang dilatih menjadi teroris. Anak-anak muda itu dilatih khusus untuk meneror orang-orang penting.
“Saya mendapat informasi ada sekelompok anak-anak muda yang dilatih di suatu tempat khusus untuk meneror VVIP (very very important person). Saya dapat foto latihannya juga,” ujar Mahfud dalam acara ‘Penyerahan Hasil Evaluasi & Rekomendasi Kebijakan Kementerian/Lembaga di Bidang Kesatuan Bangsa’ dikutip dalam video yang disiarkan kanal YouTube Kemenko Polhukam, Kamis (17/12/2020).
Namun Mahfud tak merinci mengenai VVIP yang menjadi sasaran teror tersebut. “Nah, yang seperti ini ideologi itu radikalisme yang mengarah menghantam ideologi itu, yaitu intoleran. Yang lebih parah dari itu adalah teror-teror itu karena paham jihadis, paham jihad yang salah,” tukasnya.
Mahfud mengungkapkan bahwa sel-sel radikalisme memang tengah berupaya bangkit di Indonesia. Ia menjelaskan ada tiga tingkatan radikalisme. Pertam intoleran, ya tidak suka aja gitu kalau ada yang berbeda, tidak mau bergabung dengan orang yang berbeda. Lalu yang kedua, teror. Radikalisme dalam bentuk teror,” kata Mahfud.
Mahfud melanjutkan, selain intoleransi dan teror, radikalisme juga menyebar di Indonesia masuk melalui lembaga pendidikan hingga lembaga-lembaga pemerintah.
“Misalnya banyak sekali sekarang misalnya masjid-masjid yang diduduki satu kelompok. Mula-mula ikut makmum, lalu kalau imamnya kosong salat, lalu tiba-tiba terus bikin pengajian, terus semakin lama semakin intens, lama-lama menguasai, lalu yang diajarkan di situ radikal. Itu banyak sekali,” kata Mahfud.