Mahasiswa Landak Bergerak Lawan Intoleransi dan Radikalisme 

Landak – Mahasiswa di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, berak melawan segala bentuk intoleransi dan radikalisme. Hal itu diwujudkan dengan digelarnya dialog interaktif bertema “Mencegah Penyebaran Paham Intoleransi dan Radikalisme yang Mengintai Generasi Muda melalui Penguatan Wawasan Kebangsaan”, Selasa (24/06/2025). Kegiatan itu dilaksanakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo menggelar  di kampus utama mereka di Landak, Kalimantan Barat.

Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber seperti Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Landak Samsul Bahri, Kasat Intelkam Polres Landak AKP Hengki Gunawan, serta Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Landak, Urbanus. Kegiatan juga dihadiri Wakil Rektor III universitas dan puluhan mahasiswa dari berbagai organisasi kampus.

Ketua BEM, Lukas, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat semangat toleransi dan kepedulian sosial di kalangan mahasiswa. Ia menegaskan bahwa mahasiswa lintas organisasi seperti UKM dan Mapala telah menunjukkan solidaritas tinggi dalam berbagai kegiatan kemanusiaan.

“Ketika bencana terjadi, kami bergerak bersama. Tidak ada sekat agama, yang ada hanya semangat gotong royong dan nilai Pancasila,” ujar Lukas dikutip dari laman media7.id.

Samsul Bahri dari Kesbangpol Landak memberikan apresiasi atas inisiatif mahasiswa. Ia mengingatkan bahwa generasi muda, khususnya mahasiswa, sangat rentan menjadi sasaran penyebaran paham intoleran dan radikal.

“Diskusi seperti ini penting agar mahasiswa memahami ancaman radikalisme dan semakin kuat dalam memegang nilai-nilai kebangsaan,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa literasi digital sangat krusial agar mahasiswa tidak mudah terprovokasi informasi menyesatkan, terutama dari media sosial.

Sekretaris FKUB, Urbanus, turut menekankan peran mahasiswa sebagai agen perubahan dan penjaga kerukunan. Ia meminta mahasiswa untuk lebih selektif dalam menyebarkan informasi.

“Mahasiswa harus cerdas dan kritis, jangan asal membagikan informasi yang belum jelas kebenarannya,” ujarnya.

Sementara itu, AKP Hengki Gunawan mengangkat isu diskriminasi yang kerap dialami kelompok minoritas di lingkungan kampus. Menurutnya, hal itu bisa menjadi bibit berkembangnya sikap intoleran.

“Intoleransi sering tumbuh di komunitas mayoritas yang menutup diri terhadap perbedaan. Di kampus, kita masih melihat kasus perundungan terhadap mahasiswa minoritas,” jelasnya.

Ia juga menyoroti dampak polarisasi akibat perbedaan pandangan politik terhadap isu global seperti konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina yang bisa memecah persatuan di lingkungan mahasiswa.

Lebih lanjut, Hengki mengungkapkan kekhawatirannya terhadap temuan survei yang menunjukkan adanya mahasiswa yang terlibat dalam mendukung aksi kekerasan atas nama agama, bahkan menjadikan kampus sebagai tempat penyusunan aksi teror.

“Mahasiswa harus rajin membaca dan memahami berbagai persoalan dari banyak sudut pandang. Jangan hanya ikut arus, apalagi jika itu menyesatkan,” pungkasnya.