Ratusan mahasiswa yang sedang belajar di Jogya membanjiri Gedung Jogya Expo Center dalam rangka menghadiri dialog damai yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Acara tersebut digelar dalam rangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke-87.
Mahasiswa yang sejak pukul 7 pagi telah berada di lokasi dan terus berdatangan antusias membubuhkan tanda tanganannya di papan yang telah disediakan oleh panitia sebagai wujud komitmen bersama mencegah terorisme dan mendukung pencegahan paham-paham radikalisme dan ISIS yang mengancam negara kesatuan Republik Indonesia dan falsafah Negara Republik Indonesia.
Acara seminar dan dialog menghadirkan Menag RI, Haji Lukman Hakim Saefuddin, Ketua PBNU, K.H. Said Agil Siraj dan Kepala BNPT, Komjen Pol. Saud Usman Nasution akan mengurai secara rinci tentang tantangan yang sedang dihadapi dalam upaya menghadapi kelompok radikalisme di Indonesia dan nilai-nilai Islam yang sebenarnya yang menentang kekerasan dan tindak-tindak terorisme yang telah banyak menghilangkan jiwa manusia yang tak berdosa.
Peringatan Sumpah Pemuda tahun ini oleh BNPT sengaja dipusatkan di Jogya mengingat Jogya sebagai salah satu kota destinasi pendidikan di berbagai bidang bukan saja di Indonesia tetapi juga bagi orang-orang asing khususnya dari negara-negara tetangga sehingga kota ini dianggap sangat penting khususnya jika memperhatikan manuver-manuver pergerakan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal dalam memperluas pengaruhnya bukan saja kepada para penganggur atau mereka yang tinggal di pedalaman, akan tetapi juga kepada kelompok-kelompok mahasiswa yang sedang belajar dengan memasuki kampus-kampus sebagai sasaran utama perekrutan dan pencucian otak.
Hal ini dapat dilihat dari kader-kader radikalisme yang umumnya berumuran 17-25 tahun.
Fenomena ini cukup mengkhawatirkan karena sangat erat kaitannya dengan masa depan bangsa yang nota benenya berada di tangan-tangan kaum muda saat ini. Karena itu, BNPT menilai peringatan sumpah pemuda yang dibingkai dalam bentuk seminar dan dialog dan menjadikan mahasiswa sebagai sasaran merupakan suatu upaya pencegahan dini kepada kaum muda untuk tidak terjangkit pemahaman-pemahaman radikal yang bukan saja mengancam kesatuan negara tetapi juga merusak citra agama yang selama ini kita yakini sebagai agama yang damai dan dianut oleh hampir semua bangsa Indonesia.
Tentu kita semua berharap agar nilai-nilai budaya kita yang mengutamakan perdamaian, kerukunan dan keterbukaan kepada siapapun tetap dilestarikan melalui peringatan-peringatan peristiwa bersejarah dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemuda-pemuda kita dari seluruh Indonesia 87 tahun yang lalu.