Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada tanggal 16 Maret 2016 menyelenggarakan dialog pencegahan radikalisme terorisme di kalangan mahasiswa Indonesia di Kairo. Dialog ini dihadiri oleh Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Birgjen Pol Hamidin, Athan KBRI, Muhammad Kiemas, Perwakilan BIN Luar Negeri (PERBINLU) Agus Hendirayanto, Kasubdit Pengawasan dan Kontra Propaganda BNPT Kolonel Dadang Hendrayuda dan Letkol Sujatmiko serta Presiden Perhimpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, Abdul Gafur
Abdul Gafur mengatakan bahwa Al Azhar merupakan lembaga pendidikan yang sudah dikenal sejak lama menganut sistem pendidikan Islam yang moderat. Karenanya ia yakin tidak akan ada alumni Al Azhar yang menjadi teroris, apalagi sampai meledakkan bom di negeri sendiri atau di negeri lain.
Gafur menegaskan mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir konsisten mendukung upaya-upaya pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang aman dan damai. Selain itu ia juga menyatakan bahwa mahasiswa Indonesia yang ada di Mesir merupakan salah satu mahasiswa di luar negeri yang dianggap pionir dalam mendukung penyelesaian berbagai isu di Indonesia termasuk masalah deradikalisasi.
Tahun ini PPMI Mesir akan menjadi tuan rumah pertemuan mahasiswa se-dunia, di mana dalam pertemuan dimaksud akan dibahas isu-isu yang terkait dengan perkembangan pemikiran Islam di Indonesia dan ancaman yang dihadapi umat Islam di tanah air, seperti munculnya gerakan-gerakan ekstrim yang cenderung merongrong eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sementara itu, Perwakilan BIN luar Negeri mengatakan bahwa KBRI dan mahasiswa  bangga atas kunjungan BNPT, menurutnya ini merupakan suatu kehormatan bagi WNI yang ada di Mesir. Oleh karena itu, ia menghimbau agar mahasiswa tidak menilai kunjungan ini sebagai bentuk doktrin, melainkan sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap warganya di Mesir agar tidak terlibat dalam pemahaman-pemahaman yang bukan saja merusak Islam itu sendiri, tetapi juga merusak citra bangsa Indonesia.
BNPT sendiri, sebagaimana dijelaskan oleh Deputi I Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir dalam presentasinya menyatakan bahwa kunjungan ini dimaksudkan untuk membagi informasi tentang tugas-tugas pokok yang diemban oleh BNPT sesuai mandatnya dan menjelaskan tentang perkembangan riil di tanah air mengenai isu terorisme, sehingga mahasiswa menerima informasi yang berimbang, bukan berdasarkan berita yang sering kali berbeda dengan kenyataan atau seperti pameo yang sering disebutkan bahwa bed news is a good news.
Deputi I juga menekankan bahwa hingga saat ini belum ada satupun mahasiswa Indonesia dari Mesir yang ditemukan menjadi aktor terorisme di tanah air. Karena itu ia mengajak mahasiswa agar segera menyelesaikan studi dan kembali ke tanah air untuk ikut serta membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi Indonesia saat ini, khususnya yang terkait dengan radikalisasi dan ekstrimisme.
Terkait dengan terorisme, Direktur Pencegahan Brigjen Pol Hamidin menjelaskan empat hal yang dapat membuat seseorang menjadi teroris, yakni; Pertalian darah, pertemanan, pengaruh media dan hubungan kekeluargaan melalui pernikahan. Keempat hal ini merupakan faktor utama yang mendorong seseorang untuk menjadi ekstrimis dan aktor-aktor teroris.
Empat faktor di atas merupakan temuan dalam penanganan kasus terorisme yang ada di Indonesia. Brigjen Pol Hamidin menyebut bahwa hampir di semua pelaku teror di Indonesia ditemukan empat faktor tersebut. Karena itu ia mengajak mahasiswa agar senantiasa berhati-hati dan mawas diri dalam bergaul, khususnya dengan mereka yang diduga akan mengajak masuk dalam kelompok teroris ini.