Aktifis BEM MEDAN BAHAS RADIKALISME TERORISME

Mahasiswa Harus Jadi Garda Terdepan Perangi Radikalisme

Medan – Mahasiswa sebagai intelektual muda dan penerus masa depan harus menjadi garda terdepan dalam upaya memerangi paham radikalisme, terutama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Ini penting karena mahasiswa khususnya dan generasi muda umumnya adalah target utama propaganda radikalisme yang dilakukan ISIS. Untuk itu, mahasiswa seluruh Indonesia wajib harus pro aktif bersama pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), untuk memberantas paham radikalisme ini demi keutuhan NKRI.

“Saya berharap mahasiwa di Medan atau di Sumatera Utara ini atau di seluruh Indonesia agar mewaspadai adanya gerakan-gerakan yang mengatas namakan dirinya ISIS ini. Mereka ini mencoba untuk melakukan perekrutan anggotanya di kalangan mahasiswa dan generasi muda karena biasanya orang muda, apalagi yang masih gamang, sangat mudah terkena propaganda dan iming-iming mereka seperti pendapatan besar dan kalau mati masuk surga. Itu bohong semua,” ungkap Ruhut Sitompul, anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Demokrat pada “Dialog Pencegahan Paham ISIS di Kalangan Mahasiswa” di Medan, Sumatera Utara, Selasa (9/6/2015).

Ruhut pun mengapresiasi upaya BNPT yang secara terus menerus melakukan sosialisasi pencegahan bahaya terorisme di lingkungan mahasiswa. Menurutnya, mahasiswa memang sangat rentan dengan penyebaran paham radikalisme saat ini, apalagi di tengah maraknya kemajuan teknologi internet dan sosial media.

Acara dialog tersebut dihadiri ratusan aktivis BEM se-Sumatera Utara (Sumut). Ruhut sendiri mengaku miris dengan sepak terjang ISIS dengan berbagai propagandanya, terutama melalui dunia maya. Namun ia optimis, Indonesia bisa mengatasi masalah ISIS ini bila mahasiswa Indonesia bersatu dalam memerangi pengaruh mereka.

“Kita harus hormati bahwa mahasiswa itu adalah generasi muda yang harus berkembang sehingga mereka haus akan ilmu pengetahuan dan informasi, baik dari buku, internet, televisi, dan lain sebagainya. Jadi sangat salah bila adik-adik mahasiswa tidak paham dengan bahaya ISIS. Mahasiswa dan generasi muda adalah harapan kita dalam membangun negeri ini nantinya. Jadi melalui para cendikiawan generasi muda inilah kita memohon. Siapa itu cendikiawannya? Ya adik-adik mahasiswa ini,” papar Ruhut.

Ditempat yang sama, Ruhut juga menyampaikan rasa terima kasihnya terhadap salah satu mantan anggota kelompok radikal, Ali Fauzi (adik dari terpidana mati kasus bom Bali I, Amrozy) yang selama ini turut membantu BNPT dalam upaya pencegahan. “Saya juga turut berterima kasih dan menghormati kepada adik saya Ali Fauzi ini. Meskipun keluarga sedarah dia sudah ada yang di eksekusi mati dan bahkan ada keluarganya yang masih menjalani hukuman, tetapi dia mau membantu pihak BNPT agar bahaya terorisme ini tidak menjalar dan tumbuh di negara kita,” ujar politsi Partai Demokrat ini.

Kepala BNPT Drs Saud Usman Nasution juga mengajak para mahasiswa agar benar-benar paham tentang apa dan siapa ISIS itu. Ia menjelaskan bahwa ISIS itu merupakan suatu ideologi yang menginginkan kembali pada masa khalifah dan jelas-jelas berseberangan dengan ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

“ISIS ini adalam masalah internal mereka di negaranya sana dan tidak ada hubungannya dengan Indonesia. Kalau ingin mengikuti kelompok ini sama saja menghancurkan islam dan akan terjadi peperangan di antara umat islam,” ujar Saud.

Untuk itu, Saud berpesan kepada para mahasiswa tidak terhasut dengan ajakan-ajakan yang sesat. “Jangan sampai terhasut oleh ajakan yang tidak jelas dan jangan ada lagi remaja di Sumatera Utara untuk melakukan kegiatan radikal mengarah pada terorisme untuk melakukan aksi bom bunuh diri seperti apa yang dilakukan oleh kelompok teror selama ini,” pungkas Saud.