Mahasiswa: Dakwah Ulama dan Teroris Berhimpitan, Bagaimana Menyikapinya?

Bengkulu – Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme di kampus IAIN Bengkulu, Rabu (19/7/2017), berlangsung menarik. Ada pertanyaan menggelitik disampaikan seorang peserta, yaitu bagaimana menyikapi dakwah ulama dan teroris yang berhimpitan?

Pertanyaan itu disampaikan oleh Setiawan, seorang mahasiswa IAIN Bengkulu. Menurutnya, masyarakat yang awam pendidikan agama sering terombang-ambing dengan materi dakwah ulama dan pelaku tindak pidana terorisme, khususnya terkait klaim kebenaran atas keyakinan yang diusungnya.

“Jika ada teman kita yang menjadi korban, terombang-ambing, mendadak menjadi radikal, kita yang tidak terpapar ajaran radikal harus mendampinginya. Kita jangan terus meninggalkannya, karena keradikalannya bisa semakin bertambah,” jawab pengajar Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia, Muhammad Syauqilah, yang hadir sebagai salah satu pemateri dalam kegiatan tersebut.

Terkait materi dakwah kelompok pelaku terorisme, Syauqilah memberikan sejumlah pelurusan. Pria penyandang gelar Ph.D dari Universitas Marmara, Turki, tersebut memberikan beberapa contoh toleransi yang justeru hidup subur di Timur Tengah.

“Di Mesir ada gereja koptik yang berdampingan dengan masjid Amr bin As. Mereka hidup damai tanpa ada pertentangan. Sementara pelaku terorisme di Indonesia menjadikan non muslim sebagai musuh, kiblat mereka kemana?” ungkap Syauqi.

Contoh toleransi lain yang ditunjukkan oleh Syauqilah adalah peradapan di masa Utsmani-Hagia-Sopia, di mana terdapat relief Bunda Maria dan Nabi Isa As. yang sampai sekarang masih ada yang tidak dihapus. “Itu ada di dalam masjid, sampai sekarang masih ada,” ujarnya.

Syauqilah berharap mahasiswa di Indonesia, khususnya di Bengkulu dan yang aktif dalam Lembaga Dakwah Kampus, bisa menjadi motor dalam pencegahan terorisme.

“LDK harus kritis terhadap setiap ajaran baru yang masuk. Terus perkaya pemahaman tentang Islam yang benar, dan jangan mudah menerima setiap informasi dan ajaran yang masuk ke lingkungan kampus dan masyarakat,” pesan Syauqilah.

Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme di Bengkulu terselenggara atas kerjasama BNPT dan FKPT Bengkulu. Kegiatan yang sama sudah dan akan diselenggarakan di 32 provinsi se-Indonesia di sepanjang tahun 2017. [shk/shk]