Jakarta – Di tengah terus bertambahnya jumlah pasien positif Corona di Indonesia, banyak juga ditemukan kabar palsu atau hoaks seputar virus tersebut yang beredar di masyarakat. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan hingga tadi malam ada 556 hoaks seputar Corona yang beredar.
Organisasi sipil Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menyebut saat ini, selain menghadapi pandemi virus Corona, masyarakat menghadapi situasi infodemik atau keadaan ketika sebuah kabar tanpa adanya konfirmasi pihak terkait terus beredar di tengah masyarakat.
“Jadi istilah infodemik itu sudah mengglobal karena turut memperburuk situasi. Akibat infodemik ini bisa cukup fatal dan menyebabkan korban nyawa. Misalnya informasi mengenai obat Corona tapi hoaks sehingga orang bisa lengah. Kayak ada info bilang tinggal pakai bawang putih lalu sembuh, padahal itu hoaks,” kata Presidium Mafindo Harry Sufehmi dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui akun YouTube BNPB, Sabtu (18/4) lalu.
Harry mengatakan ada dua langkah yang bisa dilakukan masyarakat untuk menangkal info hoaks. Karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, sambung Harry, upaya menangkal hoaks sebenarnya sudah terdapat dalam ilmu hadis.
“Sebenarnya, karena mayoritas beragama Islam, ilmu hadis itu sebenarnya untuk melawan hoaks. Jadi zaman dulu ada hoax palsu sehingga para ulama membuat ilmu hadis. Dasarnya itu simpel untuk mendeteksi hoaks itu, yaitu melihat sanad dan matan. Sanad itu adalah sumber dan matan adalah konten,” jelas Harry.
Harry memaparkan, upaya menepis info hoaks terkait virus Corona di masyarakat bisa dilakukan dengan melihat sumber dan isi dari info yang mereka terima tersebut. Jika info yang diterima tidak jelas sumbernya, kata Harry, maka sebaiknya masyarakat mengabaikan informasi tersebut.
“Kalau cuma forward dari WhatsApp yang sumbernya tidak jelas sama sekali, kita anggap saja hoaks hingga terbukti sebaliknya,” kata Harry.
“Lalu mengenai matan, maksudnya konten, isinya ini ada yang aneh atau tidak. Isinya ini maksudnya ketika baca kita langsung emosi, langsung marah atau gusar, atau takut, atau berlawanan dengan info yang kita dapat di media massa, maka kita cek atau seperti tadi kita anggap hoaks hingga terbukti sebaliknya,” sambungnya.
Lebih lanjut Harry mengatakan memerangi hoaks adalah tugas semua masyarakat. Untuk itu, dia berharap dengan masyarakat aktif melihat terlebih dahulu sumber dan isi dari semua informasi yang diterima, maka jumlah masyarakat yang terpapar hoaks bisa berkurang.
“Hoaks ini merupakan masalah yang besar dan jadi betul masalah hoaks ini masalah masyarakat. Jadi caranya mudah, ketika kita menemukan info itu cek sumbernya, cek isinya, kalau nggak jelas, kita sebut itu hoax, sehingga pada akhirnya informasi yang sebenarnya bisa muncul di masyarakat,” ujar Harry.
“Jadi dokter-perawat turun lapangan mempertaruhkan nyawa menghadapi pandemi, nah sisanya kita semua bisa menjadi pahlawan dengan melawan info hoaks ini,” dia menandaskan.