Macron: Kami Perangi Separatisme Islam, Bukan Islam

Jakarta – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya sedang memerangi separatisme Islam, bukan Islam. Hal itu diungkapkan Macron untuk menanggapi sebuah artikel di Inggris di Financial Times.

Macron mengklaim Financial Times salah mengutip pernyataannya dan sejak itu, artikel tersebut telah dihapus dari situs surat kabar tersebut.

Pada Rabu (4/11/2020), dalam sebuah surat yang ditujukan kepada editor surat kabar itu, Macron mengatakan surat kabar Inggris itu menuduhnya menstigmatisasi Muslim Prancis untuk tujuan pemilihan dan menumbuhkan iklim ketakutan dan kecurigaan terhadap mereka.

“Saya tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mengklaim bahwa Prancis atau pemerintahnya, mendorong rasisme terhadap Muslim,” ujar Macron seperti dikutip dari AFP, Kamis (5/11/2020).

Sebuah artikel opini yang ditulis oleh seorang koresponden Financial Times yang diterbitkan Selasa menuduh bahwa kecaman Macron atas separatisme Islam berisiko mendorong lingkungan yang tidak bersahabat bagi Muslim Prancis.

Artikel itu kemudian dihapus dari situs web surat kabar itu dan diganti dengan pemberitahuan bahwa artikel itu mengandung kesalahan faktual.

Macron juga memperingatkan bahwa masih ada tempat berkembang biak bagi ekstremisme di Prancis.

“Di distrik tertentu dan di internet, kelompok-kelompok yang terkait dengan Islam radikal mengajarkan kebencian terhadap republik, kepada anak-anak kami, meminta mereka untuk mengabaikan hukumnya,” kata Macron.

“Inilah yang diperangi Prancis melawan kebencian dan kematian yang mengancam anak-anak, (Prancis) tidak pernah melawan Islam. Kami menentang penipuan, fanatisme, ekstremisme kekerasan. Bukan agama,” ujarnya.

Selama beberapa pekan terakhir, Macron menuai protes di berbagai negara Muslim terkait dukungannya terhadap publikasi kartun Nabi Muhammad usai pemenggalan seorang guru bernama Samuel Paty pada Oktober lalu.

Paty dibunuh karena membahas karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya. Islam memang melarang penggambaran Nabi Muhammad.

Menyusul gelombang protes dan boikot produk-produk Prancis di seluruh dunia, Macron mengaku memahami karikatur itu bisa mengejutkan bagi sebagian orang. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera saat akhir pekan.