Jakarta – Pada Kamis (18/10) pekan lalu, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menggerebek dua terduga teroris yakni AN dan RI di Tanjungbalai, Sumatera Utara Utara. Kedua terduga teroris yang akhirnya tewas dalam penggerebekan diketahui adalah anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang beraksi di Sumut.
“Dua terduga teroris yang tewas dalam penggerebekan adalah teroris jaringan JAD. Mereka terpaksa diberikan tindakan tegas terukur karena melawan dan membahayakan petugas saat ditangkap,” jelas Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo melalui keterangan tertulisnya, Senin (22/10).
Dikatakan, Densus 88 saat ini juga sudah memetakan alur pergerakan anggota JAD di berbagai daerah, termasuk di Sumatera Utara. Densus 88 juga terus melakukan pengejaran terhadap anggota kelompok yang terus berusaha melakukan serangkaian teror.
“Jaringan sudah di mapping. Densus maupun Polda Sumut juga terus melakukan pengejaran kelompok tersebut di berbagai wilayah, termasuk di Medan dan Aceh,” kata Dedi.
Dilanjutkannya, dalam mapping jaringan teroris yang sudah dibuat pembagian dua model kelompok teroris. Kelompok pertama bergerak aktif dan kelompok kedua bergerak pasif.
“Kita bedakan dan klarifikasi jaringan kelompok teroris. Kelompok pasif itu sering disebut sel tidur. Mereka menunggu info baru dari jaringannya dan bisa sewaktu-waktu aktif untuk melakukan aksi,” jelas jenderal bintang satu yang menamatkan pendidikan di Akademi Kepolisian tahun 1990.
Seperti diketahui, dalam penggerebekan dua terduga teroris di Tanjungbalai polisi menyita senjata api rakitan, senjata tajam, selongsong peluru yang telah ditembakkan, dua butir peluru, dan tujuh kontainer bahan peledak. Keduanya digerebek saat berupaya meledakkan kantor polisi dan vihara di Sumatera Utara.