Moskow – Lonjakan terorisme dan gelombang pengungsi dinilai akibat
ulah negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS).
Penilaian itu disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Menurut Lavrov, kebijakan Barat terlihat jelas di Ukraina, Irak,
Libya, dan Suriah.
“Hasil dari kebijakan ini juga mencakup peningkatan terorisme dan
ekstremisme, hancurnya kehidupan, hancurnya keluarga, dan jutaan arus
pengungsi,” ujar Lavrov.
Lavrov mencatat bahwa metode yang digunakan AS dan negara-negara
satelitnya mencakup upaya menabur kekacauan di berbagai belahan dunia,
membuat negara-negara saling bermusuhan, serta meningkatkan ketegangan
etnis dan agama.
“Barat terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri dengan mengorbankan
orang lain dan mengeksploitasi sumber daya orang lain,” kata Lavrov.
“Sekarang kita melihat bagaimana Anglo-Saxon benar-benar mendorong
Timur Tengah ke ambang perang besar,” ujar Lavrov saat berbicara di
Russia International Exhibition and Forum yang digelar di Moskow,
Senin (6/11/2023), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Dalam pernyataannya Lavrov tak menyinggung tentang perkembangan
konflik di Jalur Gaza. Berbeda dengan Barat, Moskow tak menunjukkan
keberpihakan atas agresi Israel ke Gaza yang telah dilancarkan sejak 7
Oktober 2023 lalu. AS, Inggris, Kanada, dan Uni Eropa telah kompak
menggaungkan pesan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri dari
serangan Hamas.
Sementara dalam sesi khusus Majelis Umum PBB tentang Palestina yang
digelar 1 November 2023 lalu, Duta Besar Rusia untuk PBB Vasiliy
Nebenzya mengatakan, Israel, sebagai negara yang menduduki atau
menjajah Palestina, tidak memiliki hak untuk membela diri.
Dalam pernyataannya, Nebenzya menyoroti kemunafikan AS dan para
sekutunya terkait konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung.
Menurut Nebenzya, di luar isu konflik Palestina, AS dan sekutunya
kerap menyerukan kepatuhan terhadap hukum kemanusiaan, membentuk
komisi investigasi, serta menjatuhkan sanksi terhadap mereka yang
menggunakan kekerasan.
“Dan hari ini, melihat kehancuran yang mengerikan di Gaza, yang
melebihi apa yang mereka kritik dalam konteks regional lainnya –
serangan terhadap fasilitas sipil, kematian ribuan anak-anak, dan
penderitaan mengerikan warga sipil di tengah blokade total, mereka (AS
dan sekutunya) pura-pura bungkam,” ujar Nebenzya, dikutip laman kantor
berita Rusia, TASS.
“Yang bisa mereka (AS dan sekutunya) lakukan hanyalah terus mengatakan
tentang dugaan hak Israel untuk membela diri, yang, sebagai negara
pendudukan, tidak dimiliki Israel, seperti yang dikonfirmasi oleh
keputusan konsultatif Mahkamah Internasional pada tahun 2004,” tambah
Nebenzya.
Dia menekankan, Rusia mengakui hak Israel untuk menjamin keamanannya.
“Kami mengakui hak-hak Israel untuk menjamin keamanannya. Keamanan ini
hanya dapat dijamin sepenuhnya jika kita menyelesaikan masalah
Palestina berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan,”
ucapnya.