Literasi Keagamaan Dibutuhkan Guna Mencegah Intoleransi

Literasi Keagamaan Dibutuhkan Guna Mencegah Intoleransi

Den Haag – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag, Belanda, mengadakan Dialog Lintas Agama ke-9 yang dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintahan, pimpinan lembaga, akademisi, serta tokoh media dan pemuda dari Belanda dan Indonesia.

Dialog bertemakan “Literasi Iman untuk Mempromosikan Saling Percaya, Toleransi, dan Keberagaman: Inklusi Pemuda dan Peran Penting Media” tersebut dibuka oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, Mayerfas, dan Kepala Divisi Selatan dan Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri Kerajaan Belanda, Annemarie van der Heijden.

Dalam sambutan kunci yang disampaikan secara daring, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Siti Nugraha Mauludiah, menyatakan masyarakat berada dalam tantangan dinamika geopolitik dimana intoleransi semakin meningkat dan politik nasional berlebihan mempersempit ruang toleransi, Di belahan dunia tertentu, terjadi peningkatan gerakan nasionalis dan sikap anti-migrasi, sebaliknya penerimaan terhadap perbedaan semakin menurun.

“Kita memang perlu membangun literasi keagamaan lintas budaya dan kolaborasi multi-agama berdasarkan inklusivitas. Komunikasi dan kerja sama dengan orang-orang dari agama dan budaya berbeda menjadi lebih penting dari sebelumnya,” kata Siti kepada audiens yang hadir dalam Dialog Lintas Agama di Aula KBRI Den Haag, Rabu (15/5).

Dialog Lintas Agama ini melibatkan sekitar 10 pembicara termasuk Direktur Eksekutif Institut Leimena sebagai satu-satunya narasumber dari Indonesia yang hadir langsung di KBRI Den Haag untuk menyampaikan paparan berjudul “Literasi Keagamaan Lintas Budaya: Studi Kasus Indonesia Hidup Berdampingan Antaragama Secara Damai”. Dari pemerintah Belanda, sambutan kunci disampaikan oleh Utusan Khusus untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Kemlu Kerajaan Belanda, Bea ten Tusscher.

Siti menjelaskan Dialog Lintas Agama antara Indonesia dan Belanda yang dimulai sejak tahun 2006 atau selama 18 tahun terakhir, telah berkembang dari platform yang digerakkan pemerintah menjadi platform yang lebih berbasis komunitas. Forum ini juga semakin memberikan partisipasi lebih luas dan peran utama aktor non-negara dalam dialog. Di sisi lain, dia berharap Dialog Lintas Agama Indonesia dan Belanda dapat mengarah pada kemungkinan proyek nyata berbasis komunitas khususnya mengenai moderasi beragama di Indonesia.