Medan – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan 32 Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) se-Indonesia, pada tahun 2017 ini menggalakkan dilangsungkannya literasi sebagai upaya mencegah terus tersebarluaskannya paham radikal terorisme, khususnya di media massa dan media sosial. Kegiatan ini sendiri dilaksanakan sebagai respon penyalahgunaan kemajuan teknologi oleh kelompok pelaku terorisme.
Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen. Pol. Ir. Hamli, M.E., dalam sambutan pembukaan kegiatan Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat di Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (7/9/2017), berharap terlaksananya kegiatan ini bisa memberikan pemahaman bahwa paham radikal terorisme sangat berbahaya. Masyarakat diharapkan semakin mengenali adanya pemberitaan bohong bermuatan paham radikal terorisme.
“Dengan semakin mengetahui bahaya paham radikal terorisme, masyarakat kami harapkan tergerak ikut serta melakukan pencegahan terorisme,” kata Hamli.
Dalam sambutannya Hamli mengungkap hasil riset The Wahid Foundation (saat riset dilakukan masih bernama Wahid Institute, Red.) tentang angka penerimaan masyarakat Indonesia terhadap paham radikal terorisme. 72% masyarakat Indonesia disebutnya antipaham radikal, 7,7% didapati mulai menjadi simpatisan dan 0,4% sisanya sudah pernah melakukan aksi-aksi bersifat radikal dan terorisme.
“Ada angka tujuh koma tujuh persen masyarakat yang mulai menjadi simpatisan kelompok radikal, tentu ini tidak boleh didiamkan. Ini tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk mencegahnya menjadi semakin radikal,” tegas Hamli.
Hamli mengajak masyarakat Indonesia, khususnya di Medan dan Sumatera Utara secara keseluruhan, selalu menjunjung tinggi ideologi bangsa, yaitu Pancasila. Masyarakat juga diajak selalu memiliki semangat menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Dengan mencintai Indonesia, secara otomatis kita tidak akan rela Indonesia dirusak oleh terorisme,” tandasnya.
Sementara Ketua FKPT Sumatera Utara, Zulkarnain Nasution, di kesempatan yang sama mendorong dilakukannya pelurusan opini publik tentang paham radikal terorisme yang selama ini berkembang di masyarakat. Hal ini disampaikan sebagai respon terjadinya peningkatan geraklan mengatasnamakan agama untuk aksi-aksi berbau radikalisme.
“Aksi-aksi mereka justeru menimbulkan stigma negatif terhadap agama. Ini yang kemudian menjadikan Islam distigma sebagai agama yang membenarkan terorisme,” kata Zulkarnain.
Melalui kegiatan Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat ini, Zulkarnain berharap akan terbentuk gerakan Medan Antiradikalisme. “Medan adalah jantung Sumatera Utara. Jika Medan damai, seluruh Sumatera Utara akan ikut damai,” pungkasnya.
Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat merupakan salah satu metode yang dijalankan dari kegiatan Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme. Satu metode lainnya adalah Visit Media, kunjungan dan diskusi dengan redaksi media massa pers untuk mencegah penyalahgunaan media oleh kelompok pelaku.
Pada tahun 2017 BNPT dan 32 FKPT se-Indonesia juga menggelar lomba karya tulis jurnalistik. Perlombaan khusus untuk karya jenis indeph ini memperebutkan hadiah total lebih dari Rp.90 juta, dan akan ditutup pada akhir September 2017. [shk/shk]