LIPI: Intoleransi Keagamaan Jadi Lahan Subur Radikalisme Dan Terorisme

Jakarta – Koordinator Tim Riset Program Prioritas Nasional Membangun Narasi Positif Kebangsaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cahyo Pamungkas, mengatakan intoleransi keagamaan merupakan lahan subur timbulnya radikalisme dan terorisme.

“Terorisme berakar dari radikalisme. Radikalisme berakar pada intoleransi baik di dunia nyata maupun media sosial,” kata Cahyo dalam sebuah diskusi publik tentang deradikalisasi yang digelar LIPI di Jakarta, Kamis (17/5/2018) dikutip dari laman Antaranews.com.

Cahyo mengatakan, radikalisme agama adalah bentuk-bentuk interpretasi keagamaan yang mendorong penganutnya, baik secara aktif maupun pasif, untuk mendorong penggantian sistem politik yang berlaku di sebuah negara.

Sedangkan, intoleransi adalah orientasi negatif atau penolakan seseorang terhadap hak-hak politik dan sosial dari kelompok yang tidak disetujui.

Cahyo mengungkapkan berkembangnya ideologi terorisme di masyarakat luas terjadi karena gerakan, gagasan atau ide radikalisme seringkali terjadi melalui keluarga. Berdasarkan definisi tersebut, maka karakter radikalisme adalah memiliki aspirasi untuk mengganti dasar negara dan sistem politik yang berlaku serta penolakan terhadap hak-hak politik dan sosial dari kelompok yang tidak disetujui.

“Terdapat empat kategori radikalisme dan intoleransi, yaitu radikalisme kekerasan, radikalisme nonkekerasan, intoleransi kekerasan dan intoleransi nonkekerasan,” tutupnya.