Liga Muslim Dunia Kampanyekan Perangi Islamofobia

Riyadh – Islam adalah agama yang damai dan harmoni yang agung. Namun di Eropa, propaganda negatif terhadap Islam telah menciptakan banyak kekhawatiran di kalangan Muslim di seluruh dunia.

Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa menyampaikan gagasan soal kampanye memerangi islamofobia. Hal ini dilakukan mengingat adanya peningkatan insiden terorisme yang menjadi sasaran kebencian Islamofobia.

Dikutip dari The News, Kampanye yang disebut ‘menolak kebencian’ itu, untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama yang damai dan bukan terorisme. Liga Muslim Dunia memulai kampanye tersebut dan menyampaikan pesan perdamaian bagi seluruh dunia.

Al-Issa menekankan fakta bahwa umat Islam harus memiliki perwakilan yang tepat untuk mengekspresikan sudut pandang mereka ketika mereka tidak memiliki forum seperti itu untuk saat ini. Dalam kondisi tersebut, islamofobia yang tidak terbatas pada beberapa negara itu bisa menjadi epidemi dan menyebar di seluruh dunia.

Hal itu pulalah yang umum terjadi di Inggris, Kanada, Selandia Baru dan negara-negara lain di dunia yang merupakan tindakan yang memalukan. Insiden yang terjadi di Kanada dan Selandia Baru baru-baru ini terkait langsung dengan rencana terorisme terhadap umat Islam.

Sayangnya umat Islam tidak memiliki forum yang tepat untuk mengekspresikan sudut pandang mereka di depan negara-negara lain di dunia. Pada dasarnya islamofobia adalah akibat ketidaktahuan dengan ajaran dasar Islam yang meningkatkan kebencian terhadap umat Islam dalam bentuk serangan langsung terhadap umat Islam dalam hal kehidupan dan harta benda mereka.

Di masyarakat barat dan media barat, keduanya terus melakukan propaganda terhadap umat Islam. Ini mereka lakukan karena ketidaktahuan terhadap dasar dakwah Islam dan interpretasi ajaran Islam yang keliru yang dibawa oleh kelompok berbeda.

“Sekarang zaman telah berubah, sudah saatnya umat Islam dan Non-Muslim saling memahami sudut pandang dan hidup rukun dan damai. Muslim, Kristen dan orang lain dari agama yang berbeda harus memiliki kebebasan untuk mengunjungi tempat ibadah mereka dengan keamanan penuh,” kata Al-Issa.