Misrata – Sebanyak 700 mayat anggota militan ISIS tersimpan dalam deretan kontainer berpendingin di Misrata, Libya dalam setahun terakhir. Mayat-mayat tersebut menunggu keputusan akhir mengenai penanganannya. Mayat itu berasal dari kota pesisir Sirte setelah kelompok itu diusir pada Desember 2016, menyusul serangan udara koalisi yang dipimpin AS.
Dalam sebuah laporannya, kantor berita ‘AFP’ mempublikasikan keberadaan 700 mayat anggota militan ISIS yang disimpan dalam kontainer berpendingin. Petugas kontainer di Pusat Anti Kejahatan Terorganisir di kota itu, Ali Towailib mengatakan, tes DNA dan proses foto telah dilakukan terhadap mayat-mayat tak bertuan itu.
“Suhu harus dijaga di antara -18 dan -20 Celsius agar mayat tetap awet. Seperti yang Anda lihat, kami tidak memiliki sarana. Di sini lah kami mengambil sampel untuk tes DNA dan di mana kami memotret mayat-mayat tersebut” kata Ali Tuwaileb, Kamis (16/11/2017).
Karena kekurangan sumber daya, ratusan mayat militan lainnya dibiarkan tertinggal di bawah reruntuhan di Sirte atau di kuburan darurat yang digali oleh kaum radikal. Menurut perkiraan ada sekitar 1.500 hingga 2.000 militan dimakamkan di kota Mediterania. “Kami tidak memiliki cukup lemari es, mungkin suatu saat kami akan menggali semua mayat itu,” katanya.
Dari tujuh kontainer berpendingin yang merupakan sumbangan pihak swasta di Misrata, tiga telah rusak. Petugas pun terpaksa memindahkan jenazah dari kontainer yang rusak itu ke kontainer yang masih berfungsi. Kondisi itu diperparah dengan kondisi Libya yang selama musim panas sering terjadi pemadaman listrik. Hal itu memaksa petugas menyiapkan cadangan listrik dari mesin-mesin yang ada.
Tubuh-tubuh kaku militan ISIS itu tersimpan di dalam tas berwarna putih. Di badan tas tampak tercoreng darah dan lumpur di rak logam. “Tas diberi nomor dan diklasifikasikan. Setiap tubuh memiliki file sendiri, sampel DNA, dokumen atau tanda lainnya dikumpulkan dengan masing-masing tubuh,” kata Tuwaileb.
Berdasarkan dokumen yang ditemukan di badan tersebut, kebanyakan militan yang tewas berasal dari Tunisia, Mesir, Sudan, dan beberapa dari Libya. “Kami tidak tahu apakah negara telah menghubungi Jaksa Agung untuk memulihkan jenazah warga negaranya, tapi sejauh yang kami ketahui tidak ada yang datang ke sini untuk mencoba mengidentifikasi mayat tersebut,” jelasnya.
Dikatakan, semua berkas telah dipindahkan ke kantor Jaksa Agung di Tripoli untuk memutuskan kapan dan di mana mayat tersebut akan dikuburkan. “Sementara itu, jenazahnya akan tetap di sini. Masalahnya, beberapa perusahaan yang meminjamkan kontainer berpendingin itu ingin agar kontainer mereka kembali. Setiap kali saya memberitahu mereka bahwa mereka bisa saja mengambil lemari es jika mereka mau, tapi tolong bawa dengan isinya,” pungkasnya.