Lembaga Pendidikan Muhammadiyah Model Toleransi Beragama yang Nyata Dalam Keberagaman Indonesia

Kendari – Ketua Lembaga Kajian Kebijakan Strategis (LKKS) Pimpinan
Pusat (PP) Muhammadiyah Fajar Riza Ul Haq mengatakan bagi non-muslim
atau umat Kristen yang sedang menempuh pendidikan di lembaga milik
Persyarikatan Muhammadiyah tidak serta merta kemudian kehilangan
ketaatan terhadap agamanya.

Pernyataan Fajar yang juga penulis buku “Kristen Muhammadiyah”
diucapkan pada agenda agenda bedah buku yang diadakan di Universitas
Muhammadiyah (UM) Kendari pada Sabtu (24/8), Fajar menyampaikan,
setting latar dari buku yang ditulisnya itu di daerah 3T yaitu Ende
NTT, Serui di Papua, dan Putussibau di Kalbar.

Menurut Fajar, Kristen Muhammadiyah atau Krismuha, menjadi sebuah
interaksi intens antara siswa muslim dan Kristen di sekolah-sekolah
Muhammadiyah sebagai fenomena yang menarik untuk diamati. Sebab meski
lintas iman, namun mereka tidak saling menegasikan.

“Interaksi ini tidak serta-merta menghilangkan identitas mereka
sebagai penganut Kristen yang taat,” ungkap Fajar dikutip dari laman
muhammadiyah.or.id.

Fajar berharap, dari buku hasil penelitiannya dengan Prof. Abdul Mu’ti
yang diterbitkan pada 2009 tersebut dapat menggambarkan kontribusi
nyata Persyarikatan Muhammadiyah membangun toleransi di Indonesia.

“Ini merupakan kontribusi nyata dari Persyarikatan Muhammadiyah dalam
membangun generasi Indonesia yang lebih toleran dan inklusif,”
tuturnya.

Sebagaimana diketahui, lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah
khususnya di kawasan Timur Indonesia peserta didiknya didominasi oleh
saudara sebangsa yang beragama beda, bahkan di beberapa Perguruan
Tinggi Muhammadiyah lebih dari 80 persen mahasiswanya adalah
non-muslim.

Kehadiran Muhammadiyah di seluruh penjuru negeri melalui lembaga
pendidikan merupakan aksi nyata Muhammadiyah membangun Indonesia yang
lebih maju, inklusif, dan toleran.

Sementara itu, editor buku, Haz Algebra menyampaikan pentingnya data
empiris yang dikedepankan dalam karya ini.

“Keunggulan buku ini terletak pada penyajian data-data empiris yang
sangat bermanfaat, terutama dalam bidang ilmiah. Saya berharap buku
ini bisa lebih mendalami asal-usul pemikiran K.H. Ahmad Dahlan terkait
pluralisme,” ungkapnya.