Padang — Anggota Komisi XIII DPR RI Fraksi NasDem, Ir. M. Shadiq Pasadigoe, SH., MM, mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya kaum perempuan, untuk memperkuat peran keluarga dalam mencegah berkembangnya paham intoleran, radikal, dan terorisme.
Hal itu ia sampaikan dalam kegiatan Dialog Kebangsaan Bersama Ormas dan Tokoh Perempuan Dalam Rangka Meningkatkan Toleransi dan Moderasi Beragama di Asrama Haji Padang, Sumatera Barat, Rabu (8/10/2025). Kegiatan ini digelar sebagai hasil kolaborasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Komisi XIII DPR RI.
Menurutnya, kegiatan ini sangat relevan di tengah maraknya penyebaran ideologi kekerasan melalui media sosial dan dunia digital.
“Saya hadir di sini sebagai mitra kerja BNPT sekaligus wakil rakyat dari Fraksi NasDem. Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kegiatan ini, karena dialog seperti ini penting untuk memperkuat pemahaman moderat agar masyarakat terhindar dari paham yang mengancam keutuhan NKRI,” ujar Shadiq.
Ia menyoroti bahwa menurut data BNPT tahun 2023, Indonesia berhasil mencatat zero attack terrorism, sebuah capaian luar biasa berkat kerja keras semua pihak. Namun, ia mengingatkan masyarakat agar tidak lengah karena pola ancaman kini semakin halus dan menyusup melalui ruang digital.
“Jangan sampai kita merasa aman lalu lengah. Sekarang banyak ladang baru untuk menyusupkan paham radikal, terutama lewat media sosial dan game online. Karena itu, dialog kebangsaan seperti ini harus terus digelorakan agar nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan semangat toleransi tertanam kuat, terutama di generasi muda,” tegasnya.
Shadiq menyatakan, pihaknya di DPR RI mendukung penuh program BNPT yang mengedepankan pendekatan humanis, edukatif, dan inklusif dalam menangani persoalan radikalisme. Ia menilai pendekatan tersebut jauh lebih efektif dibandingkan langkah-langkah represif.
“Pendekatan yang mengedukasi masyarakat dan memberdayakan keluarga jauh lebih membekas. Semua pihak perlu berpartisipasi aktif, dan saya berharap kegiatan seperti ini tidak berhenti di Padang saja, tetapi menjadi gerakan berkelanjutan di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Shadiq juga menyinggung pemberitaan terkini mengenai penangkapan empat warga Sumatera Barat dan Sumatera Utara oleh Densus 88 karena diduga terlibat dalam jaringan terorisme dan menyebarkan propaganda ISIS di media sosial.
“Kasus ini menjadi peringatan bagi kita semua. Dulu kita takut berkumpul karena bisa saja terjadi ledakan bom. Sekarang bentuknya berubah — bukan bom fisik, tapi bom informasi di dunia maya,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa keluarga menjadi benteng pertama dalam mencegah infiltrasi paham radikal.
“Ibu-ibu paling tahu kondisi di rumah. Kalau ada perubahan perilaku anak atau suami, segera awasi. Jangan sampai keluarga kita terjerumus, karena kalau itu terjadi, bukan hanya bangsa yang rugi, tapi masa depan anak-anak kita juga akan hancur,” pesan Shadiq.
Mantan Bupati Tanah Datar itu juga menyinggung fenomena tawuran remaja dan keterlibatan anak muda dalam aksi-aksi anarkis yang sering terjadi karena kurangnya pengawasan orang tua.
“Beberapa waktu lalu, dalam aksi demo akhir Agustus, banyak orang tua tidak tahu anaknya ikut turun ke jalan. Karena itu, pengawasan dan pendidikan karakter harus dimulai dari rumah,” ujarnya.
Menutup sambutannya, Shadiq mengajak seluruh peserta — terutama kaum ibu — untuk menjadi agen penyebar nilai-nilai kebangsaan dan toleransi di lingkungan masing-masing. “Saya mohon kepada ibu-ibu yang hadir agar menyampaikan pesan ini kepada masyarakat lain. Dengan 200 peserta hari ini, kita bisa menjangkau 400 bahkan 1.000 orang di luar sana. Mari kita jadikan momentum ini untuk membangun Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera,” pungkasnya.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!