Solo – Dari berbagai kejadian terorisme di Indonesia dapat dipahami bahwa pola perekrutan anggota kelompok radikal terorisme sekarang ini tidak hanya mengandalkan pertemuan langsung menggunakan pertemuan langsung. Kelompok radikal terorisme telah menggunaka dunia maya untuk menyebarkan ajaran dan pahamnya, sehingga jangkauannya akan lebih luas tanpa mengenal batasan usia.
“propaganda di dunia maya masih terus di masifkan oleh kelompok radikal terorisme, maka untuk menangkal radikalisme masyarakat harus cerdas agar tidak mudah terprovokasi” ungkap Kasi Media Masa, Sosialisasi dan Hubungan Masyarakat BNPT, Letkol. Setyo Pranowo, SH, MM. Saat membuka Workshop FKPT Jawa Tengah, Senin (10/9/2018) bertempat di Ballrom Hotel Lor In, Solo.
Lebih lanjut, Setyo mengatakan bahwa kelompok radikal terorisme tinggal dan berbaur bersama masyarakat sehingga harus lebih waspada, disinilah peran penting FKPT sebagai sebuah forum koordinasi pencegahan terorisme.
BNPT sebagai leading sector penanggulangan terorisme tentu tidak dapat bekerja sendiri oleh karena itulah BNPT membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 Provinsi sebagai perpanjangan di daerah untuk melakukan pencegahan dengan pendekatan soft aproach.
Workshop literasi media yang digelar oleh FKPT Jawa Tengah merupakan bentuk soft aproach penanggulangan terorisme yang dijalankan oleh BNPT, karena pananggulangan terorisme tidak akan selesai jika hanya menggunakan pendekatan kekerasan.
Setyo menegaskan bahwa dengan digelarnya workshop literasi media masa yang dihadiri oleh 115 mahasiswa dan insan pers dengan menghadirkan anggota Dewan Pers Anthonius Jimmy sebagai Narasumber dapat membuka pemahaman dan kesepahaman bersama tentang bahaya radikalisme terutama propaganda yang disebarkan melalui dunia maya.
“Masyarakat adalah garda terdepan pencegahan radikal terorisme, maka tugas kita semua bagaimana agar masyarakat dapat menangkal paham radikal terorisme yang disebarkan melalui dunia maya” tutupnya.