Sentul — Butuh pendekatan khusus dalam menangani kelompok radikal terorisme. Hal ini dikatakan M. Sofyan Tsauri, mantan narapidana teroris dalam kegiatan workshop ‘Penguatan Kapasitas Pelayanan dan Pembinaan Narapidana Terorisme Pusat Deradikalisasi Lapas Khusus Kelas IIB Sentul’ di Sentul, Bogor pada Kamis (9/2/2017). Menurutnya, kelompok radikal terorisme adalah kelompok yang anti kemapanan atau anti sosial. Mereka adalah orang-orang yang tidak keberatan dengan lingkungan yang mengisolasi mereka dari masyarakat, mereka justru menikmatinya.
“Kelompok radikal terorisme ini cenderung menolak keras orang yang bertolak belakang dengan mereka dan hanya mau menerima yang pas dengan paham mereka. Sehingga akan jadi percuma jika kita mendekati mereka dengan sesuatu atau seseorang yang menolak paham mereka secara terang-terangan,” jelas Sofyan yang pernah bertugas di instansi kepolisian.
Ia juga mengatakan bahwa kelompok radikal terorisme ini muncul dari situasi global atau situasi politik yang berkembang. Mereka adalah korban dari keputusasaan akan lingkungan sekitar.
“Kelompok radikal terorisme tidak akan muncul tanpa ada pemicu. Ada isu isu sosial politik yang membuat mereka menjadi radikal dan akhirnya mereka mencari sesuatu yang bisa mengobati keputusasaan mereka, salah satunya lewat paham-paham yang sekarang berkembang di kelompok radikal terorisme,” kata Sofyan.
Lebih lanjut lagi ia menjelaskan bahwa gerakan kelompok radikal terorisme ini sangat beragam. Oleh karena itu, butuh metode yang yang pas untuk merancang kontra narasi dan kontra ideologi bagi kelompok radikal terorisme ini.
“Jangan sampai salah diagnosa, salah obat, dan akhirnya malah tidak sembuh,” kata Sofyan.