Washington – Keberhasilan koalisi pasukan internasional merebut kota Raqqa di Suriah dari cengkraman kekuasaan kelompok teror Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), menimbulkan persoalan baru bagi Eropa. Juru bicara koalisi internasional anti-ISIS pimpinan Amerika Serikat (AS), Kolonel Ryan Dillon, menyatakan ada 26.000 anggota ISIS yang melarikan diri ke Eropa.
Pelarian 26.000 anggota kelompok teror ISIS itu, akan memunculkan ancaman baru di Eropa. “Mereka lari dari Raqqa menjelang kota itu di rebut pasukan koalisi internasional. Bahkan banyak yang menyelinap ke konvoi warga sipil yang dikawal pasukan AS ketika meninggalkan Raqqa. Mereka bisa menjadi ‘lone wolf’ di negara tujuanya,” kata Ryan Dillon seperti dikutip dari ‘reuters’, Rabu (6/12/2017).
Dikatakan, sebelumnya ada 4.000 keluarga anggota ISIS yang diizinkan meninggalkan Raqqa dalam sebuah konvoi sepanjang 7 km, ketika kota itu jatuh ke tangan pasukan koalisi pada Oktober 2017. Namun, dari investigasi yang dilakukan, iringan konvoi itu kebanyakan berisi anggota ISIS dengan persenjataan lengkap yang bergerak menuju tenggara dari Raqqa. Tidak hanya itu, Pasukan Demokrat Suriah (SDF) juga menemukan banyak orang yang bersembunyi di belakang sebuah truk bahan bakar yang berhenti di Deir ez-Zor.
Ryan Dillon mengungkapkan, data 26.000 anggota ISIS yang menghilang di berbagai negara Eropa, harus dipantau terus oleh interpol dan tidak boleh lolos dari pandangan mereka. Kehadiran mereka memunculkan kekhawatiran karena banyaknya serangan teror yang terjadi di beberapa negara Eropa belakangan ini.
Sementara itu, beberapa anggota ISIS yang ditangkap menggunakan rute penyelundupan untuk melakukan perjalanan ke utara ke Turki dan masuk daratan Eropa, bisa menimbulkan risiko ancaman yang lebih luas. Di antaranya termasuk, Saddam Al-Hamadi, yang tertangkap di kota kecil Al-Rai di perbatasan Turki-Suriah. Dia mengakui, ratusan militan lainnya melakukan hal yang sama.
“Saya mengambil keuntungan dari konvoi evakuasi untuk sampai ke Turki. Banyak orang yang melakukannya, sekitar separuh dari mereka adalah pejuang dan setengahnya adalah warga sipil. Itu adalah rute yang mudah untuk dilewati,” kata Saddam Al-Hamadi.
Saddam Al-Hamadi adalah satu dari ratusan anggota ISIS yang diizinkan meninggalkan Raqqa saat pertarungan untuk kota tersebut diintensifkan pada bulan Oktober. Koalisi pimpinan AS pada awalnya mengklaim bahwa konvoi tersebut hanya diperuntukkan bagi anggota keluarga mereka dan beberapa pejuang lokal.
“Evakuasi adalah berita besar yang setiap orang mendengarnya. Saya menyeberangi beberapa peternakan dan desa dan sampai ke Manbij dan kemudian Al-Rai dengan mudah,” jelas Saddam Al-Hamadi.
Saddam pun mengaku harus membayar 220 Poundsterling (sekitar dengan Rp 4,2 juta) untuk menyelinap keluar dari Suriah melalui Al-Rai, kota yang pernah digunakan sebagai pintu gerbang untuk perekrutan anggota baru ISIS. Evakuasi itu sendiri menyebabkan keretakan pemimpin kelompok teror karena beberapa orang ingin melarikan diri namun ada yang ingin mati dalam perang.