Jakarta – Terobosan baru dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam upaya pencegahan terorisme, yaitu pemanfaatan sastra dalam bentuk sajak, pantun, dan puisi.
“Seni, khususnya sastra dapat dimanfaatkan oleh kelompok radikal terorisme untuk mempengaruhi masyarakat, terutama kaum muda. Oleh karena itu kami ingin melakukan kontranarasi kekerasan dengan cara mengarusutamakan pemahaman damai di bidang kesenian, utamanya sastra,” kata bagian Perencanaan dan Program Subdit Kewaspadaan, Teuku Fauzansyah di Jakarta, Rabu (8/3/2017).
Pemanfaatan sastra sebagai sarana pencegahan terorisme, lanjut Fauzan, akan dikemas dalam bentuk pelibatan komunitas seni. Kegiatan perdana akan dilaksanakan di Kepulauan Bangka Belitung, dan akan digelar merata di 32 provinsi se-Indonesia.
“Mitra kami tetap FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme, Red.) yang ada di 32 provinsi. Bersama mereka kami akan melibatkan sastrawan untuk bersama-sama membuat dan membacakan sajak, pantun, atau puisi bertemakan perdamaian dan antikekerasan,” tambah Fauzan.
Selain melibatkan sastrawan di daerah, masih kata Fauzan, BNPT juga mengajak beberapa sastrawan ternama sebagai narasumber, antara lain Joko Pinurbo, Aan Mansyur, Zawawi Imron, dan beberapa nama tenar lainnya. “Artis Heppy Salma juga terlibat dalam kegiatan ini,” tandasnya.
Melalui pemanfaatan sastra tersebut, BNPT manargetkan pesan-pesan antikekerasan untuk mencegah paham radikal terorisme, dapat diterima dan dicerna lebih mudah oleh masyarakat. Target akhir dari kegiatan ini adalah diterbitkannya bunga rampai sastra cinta damai.
“Bunga rampai sastra cinta damai adalah kompilasi puisi yang dihasilkan sejumlah sastrawan di 32 provinsi. Itu akan kami bukukan dan kami distribusikan ke masyarakat sebagai sarana pencegahan terorisme,” pungkas Fauzan. [shk]