Cirebon – Kabar gembira kembali datang dari para narapidana terorisme (napiter). Setelah ratusan bahkan ribuan napiter menyatakan ikrar setia kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kini giliran tiga napiter di Lapas Kelas 1 Cirebon, juga memilih jalan yang sama kembal ke pangkuan Ibu Pertiwi. Mereka menegaskan bahwa ikrar ini dilakukan atas kesadaran diri sendiri, bukan karena tekanan atau paksaan.
“Ada tiga narapidana terorisme yang hari ini berikrar untuk setia kepada NKRI,” kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Cirebon Kadiyono di Cirebon, Rabu (12/4/ 2023).
Kadiyono mengatakan berikrarnya tiga napiter merupakan salah satu keberhasilan program pembinaan yang dilakukan baik dari petugas lapas, penegak hukum, pemerintah dan juga keluarga.
Menurutnya ketiga napiter yang berikrar setia NKRI ini memang sudah menunjukkan sikap baik, terutama setelah pindah ke Lapas Kelas I Cirebon, di mana mereka sudah berbaur dengan warga binaan lainnya. Bahkan ketiga napiter sudah aktif berkegiatan di sekitar lapas tanpa ada gesekan dengan napi lainnya.
“Ketiga napiter ini memang betul-betul berkelakuan baik, dan mereka sudah setia dan taat kepada NKRI, ini bisa dibuktikan dengan mereka mau bersosialisasi, bergaul, dan beribadah bersama warga binaan lainnya,” tuturnya.
Ia berharap setelah nanti bebas dan pulang ke daerahnya masing-masing, mereka bisa setia dan taat serta mendedikasikan diri untuk masyarakat sekitar, tanpa lagi menjadi bagian dari terorisme.
“Harapannya setelah keluar nanti, mereka bisa beradaptasi dengan masyarakat di sekitar tempat tinggal, dan tidak lagi terjerumus tindakan terorisme,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu Napiter Rizal mengaku banyak peran dari berbagai kalangan untuk dirinya kembali ikrar setia NKRI. Dan setelah mengkaji lebih dalam apa yang dilakukannya juga salah, apalagi mengkafirkan sesama umat Islam di Indonesia.
Rizal tertangkap pada 2021 lalu sebagai anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang sempat melakukan aksi teror dengan melakukan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makasar.
“Setelah mendapat masukan dari berbagai pihak, saya sadar bahwa mengkafirkan orang Muslim itu salah. Saya tertangkap pada tahun 2021 lalu, karena masuk JAD meskipun tidak terbukti ikut melakukan bom bunuh diri di Gereja Katedral,” katanya.