Jakarta – Aksi kelompok radikal ISIS dengan membantai kurang lebih 50 orang di sebuah lapangan terbuka di Mozambik dinilai sebagai tindakan biadab dan tidak berperikemanusiaan. Selain itu, tindakan itu bukan mencerminkan sebuah agama tertentu.
Presiden Prancis Emmanuel Macron yang sebelumnya telah menimbulkan kontroversi terkait penilaiannya tentang Islam dan ekstremisme, menilai pembantaian di Mozambik itu sangat biadab. Ia mengutuk tindakan tersebut. Menurutnya “terorisme islamis adalah ancaman internasional yang membutuhkan tanggapan resmi dari seluruh negara di dunia.”
“Di Mozambik, lebih dari 50 orang telah dipenggal, tubuhnya dipotong-potong, wanita diculik, desa-desa dijarah dan kemudian dibakar,” ujar Macron dikutip dari Daily Mail.
Macron menyinggung oknum-oknum yang telah membajak dan mencoreng agama Islam yang seharusnya merupakan agama yang damai.
“Orang barbar dan tidak bertanggung jawab membajak agama damai untuk menabur teror, terorisme Islam adalah ancaman internasional yang membutuhkan perhatian dunia,” ucapnya.
Pernyataan Macron ini dinilai sebagai hal yang positif dan diharapkan bisa memperbaiki reputasi negara Prancis di mata umat Islam dunia.
Militan ISIS telah menyebabkan kekacauan di kawasan tersebut selama tiga tahun terakhir, dengan serangan yang berpusat di provinsi Cabo Delgado. Wilayah utara Mozambik, Cabo Delgado diketahui memang kaya akan gas alam dan telah menjadi rumah bagi proyek pengembangan energi senilai US$60 miliar.
Sayangnya penduduk yang sebagian besar Muslim di kawasan itu hanya menerima sedikit uang, hal ini memunculkan beberapa kekhawatiran bahwa Muslim di daerah tersebut nantinya dapat direkrut oleh para ekstremis.
Pada bulan Maret, ISIS telah mengaku bertanggung jawab atas serangan di selatan beberapa proyek gas yang sedang dikembangkan oleh perusahaan seperti Exxon Mobil dan Total.