Kutip Ali bin Abi Thalib, PM Malaysia Bicara soal Toleransi Beragama

Kuala Lumpur – Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim menyoal kehidupan beragama di tengah masyarakat yang heterogen. Penjelasannya ini bersumber dari nasihat yang pernah disampaikan oleh salah seorang sahabat nabi bernama Ali bin Abi Thalib RA.

Sebelumnya, Anwar mengatakan, pernah mengulas hal serupa pada pidatonya dalam rangka menyambut tahun baru Masehi di salah satu masjid di Malaysia. Kali ini, Anwar menyampaikannya lagi sebagai pembicara di CT Corp Leadership Forum pada Selasa (10/1).

Berdasarkan penuturannya, Ali bin Abi Thalib RA pernah menyampaikan petuah pada salah seorang Gubernur Mesir Malik al-Asytar. Petuah yang disampaikannya beragam mulai dari soal tata kelola, akhlak, soal, keangkuhan, hingga perihal kemanusiaan terkait hubungan antarmuslim serta antara muslim dan nonmuslim.

“Soal hubungan muslim dan muslim dengan muslim dan nonmuslim, di Malaysia lebih relevan ketimbang di Indonesia karena jumlah bukan Islam kita ramai (lebih banyak),” katanya.

Kemudian, Anwar pun menjelaskan nasihat dari Ali bin Abi Thalib RA kepada Malik al-Asytar. Baik untuk masyarakat muslim dan nonmuslim keduanya merupakan saudara bagi masyarakat muslim sendiri. Keduanya hanya dibedakan dari kategori persaudaraannya.

Untuk hubungan sesama masyarakat muslim disebut dengan akhukum fid din atau saudara sesama agama. “Tetapi bagaimana hubungan manusia muslim dengan yang bukan Islam? Akhukum (yakni) masih saudara kamu, fil insaniyah (yakni) sesama manusia,” terang dia.

Lebih lanjut, Anwar juga menjelaskan konsep dari humanitarian idealism. Konsep yang menurutnya dipertahankan sebagai salah satu tonggak keyakinan dan kehidupan beragama.

“Yang menjadi kayu ukurnya ialah kita dapat pertahankan prinsip keadilan dan manusiawi,” jelasnya.

Anwar pun mengungkapkan, kemuliaan dari keturunan Nabi Adam AS adalah karamah insaniyah atau saling menghormati sesama martabat manusia. Meski demikian, kata Anwar, hal itu bukan hanya ungkapan semata melainkan perlu dibuktikan dalam tindakan nyata.

“Ukurannya itu bukan pada lafaz dan kata-kata, bukan pada ungkapan dan slogan yang muluk, tetapi pada amalnya. Dan ini satu challenge (tantangan) yang besar,” tandasnya.