Washington DC – Kurir pembawa uang Al-Qaeda untuk aksi bom JW Marriot, Jakarta, bebas. Pria asal Pakistan bernama Majid Khan telah menyelesaikan masa tahanan di penjara Guantanamo. Otoritas militer Amerika Serikat (AS) langsung mengirimkan pria itu ke Belize untuk memulai hidup baru.
Dilansir Associated Press, Jumat (3/2/2023), Majid Khan yang merupakan warga Pakistan namun tumbuh besar di luar Baltimore, AS, telah tiba di Belize pada Kamis (2/2) waktu setempat setelah dibebaskan dari kamp Guantanamo.
Pengiriman Khan ke Belize di kawasan Amerika Tengah ini diatur dalam perjanjian di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden dengan pemerintahan Belize.
Ini menjadi momen pertama kalinya sejak pemerintahan Presiden Barack Obama saat pejabat AS berhasil mencapai kesepakatan dengan negara ketiga yang bersedia menerima tahanan Guantanamo yang tidak lagi dianggap ancaman oleh otoritas Washington DC.
Dalam pernyataan via tim kuasa hukumnya, Khan yang kini berusia 40-an tahun mengatakan dirinya sangat menyesali bertahun-tahun bekerja untuk Al-Qaeda saat usianya masih 20-an tahun. Itu termasuk mengangkut uang sebesar US$ 50.000 dari Pakistan untuk mendanai pengeboman hotel di Indonesia tahun 2003 lalu.
Khan juga terlibat dalam sejumlah rencana serangan yang tidak pernah dilaksanakan oleh jaringan Al-Qaeda.
“Saya berjanji kepada Anda semua, terutama warga Belize bahwa saya akan menjadi anggota masyarakat yang produktif dan taat hukum. Saya tidak akan mengecewakan Anda,” tulis Khan dalam pernyataannya.
Sebelum tiba di penjara militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba, tahun 2006 lalu, Khan menghabiskan tiga tahun ditahan di situs-situs hitam CIA yang ada di luar negeri. CIA diketahui menggunakan lokasi-lokasi rahasia, dalam apa yang disebut AS sebagai ‘perang melawan teror’ setelah serangan Al-Qaeda terhadap AS pada 11 September 2001.
Upaya-upaya AS melawan terorisme berhasil selama bertahun-tahun dalam menangkap atau membunuh tokoh-tokoh Al-Qaeda. AS juga memenjarakan dan menganiaya sejumlah orang lainnya dengan hanya sedikit bukti atau tanpa bukti nyata sekalipun. Banyak dari tahanan itu yang tidak pernah didakwa secara sah.
Perlakuan sarat penyiksaan terhadap Khan dibeberkan secara detail dalam laporan Komisi Intelijen Senat AS yang dirilis tahun 2014, yang menuduh CIA menganiaya para tahanan Al-Qaeda hingga melebihi batas dan memberikan laporan palsu kepada publik soal praktik interogasi di situs-situs hitam itu.
Perlakuan tidak manusiawi yang dialami Khan mencakup digantung dari balok di langit-langit untuk waktu lama, diguyur air es untuk membuatnya tidak bisa tidur berhati-hari, dan menjadi target pemukulan, penyiksaan air, kekerasan seksual dan dibuat kelaparan.
Khan mengaku bersalah di hadapan komisi militer AS tahun 2012. Dia dijatuhi hukuman 26 tahun penjara tahun 2021, meskipun perjanjian praperadilan mewajibkan pejabat hukum Pentagon untuk mengurangi masa hukuman itu menjadi tidak lebih dari 11 tahun karena kesediaan Khan bekerja sama dengan otoritas AS.
“Ini merupakan kemenangan bersejarah untuk hak asasi manusia dan penegakan hukum, tapi terlalu lama untuk dicapai,” sebut salah satu pengacara Khan, Katya Jestin, dalam pernyataannya.
Departemen Pertahanan AS atau Pentagon berterima kasih kepada otoritas Belize dan pihak-pihak lainnya yang berupaya mencari permukiman ulang di luar AS untuk para tahanan Guantanamo yang tidak lagi dianggap sebagai ancaman. Pentagon juga menegaskan tekad AS untuk menutup penjara Guantanamo nantinya.