Kurangnya Linterasi Digital Celah Masyarakat, Terutama Generasi Muda
Terpapar Paham Radikal

Blitar – Kurangnya literasi digital bisa berdampak buruk pada
kehidupan masyarakat. Melalui media digital, ide dan paham radikal
yang cenderung ekstremis dapat menyebar dengan cepat, terutama
menyasar generasi muda dan anak-anak.

Jika fenomena sosial ini dibiarkan, dampaknya akan memengaruhi
masyarakat. Bahkan, riset terbaru menunjukkan bahwa potensi
radikalisme meningkat di kalangan anak-anak, remaja, dan perempuan.

“Anak-anak kita yang masih di usia SD akan menjadi pemimpin di masa
depan, saat Indonesia mencapai usia emas pada tahun 2045. Mereka
adalah perhatian utama kita saat ini, karena tongkat estafet masa
depan berada di tangan mereka,” ujar Ketua Forum Koordinasi Pencegahan
Terorisme (FKPT) Jatim, Prof Dr Hesti Armiwulan SH MHum.

Pernyataan tersebut disampaikan pada acara “Membangun Sinergitas untuk
Melindungi Anak Bangsa dari Bahaya Intoleransi dan Radikalisme bagi
guru SD, SMP” yang digelar di Pendopo Kabupaten Blitar, Rabu
(3/7/2024).

Dalam upaya mencegah tindak pidana terorisme, pemerintah terus
melakukan langkah antisipasi. Upaya ini didasarkan pada prinsip
perlindungan hak asasi manusia dan prinsip kehati-hatian, melalui
kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisme, dan deradikalisasi.

Kesiapsiagaan nasional, menurut Hesti, adalah kondisi siap siaga untuk
mengantisipasi tindak pidana terorisme melalui proses yang terencana,
terpadu, sistematis, dan berkesinambungan.

“Kesiapsiagaan nasional dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat,
peningkatan kemampuan aparatur, perlindungan dan peningkatan sarana
prasarana, pengembangan kajian terorisme, serta pemetaan wilayah rawan
paham radikal terorisme,” jelas Hesti.

Ia juga menambahkan bahwa ada empat tanda sikap moderat dalam
beragama: cinta tanah air, toleransi tinggi, antikekerasan, dan
akomodatif terhadap budaya lokal.

Selain itu, Hesti mengingatkan pentingnya kesadaran pengguna media
sosial untuk menjaga keamanan akun, dengan membuat kata sandi yang
sulit ditebak dan mengubahnya secara berkala.

“Hindari hoaks dan jangan mudah percaya dengan berita yang diterima
sebelum diklarifikasi. Sebarkan hal-hal positif dan gunakan media
sosial seperlunya untuk meningkatkan produktivitas diri, bukan menjadi
adiktif,” pesan Hesti.

Bupati Blitar Hj. Rini Syarifah menekankan pentingnya memberikan
perhatian pada anak-anak, terutama terkait penggunaan media digital.

“Kehidupan sehari-hari dan pergaulan anak-anak sangat dipengaruhi oleh
informasi di media digital. Sebagian besar masyarakat kita
terkonsentrasi pada media digital,” kata Bupati Blitar.