Cirebon – Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang diselenggarakan di Pesantren Kebon Jambu Ciwaringin, Cirebon dari tanggal 25 sampe 27 Mei 2017 telah membahas urgensi kebangkitan ulama perempuan dalam menangani isu-isu kekinian seperti radikalisme fanatisme agama dan nasionalisme.
Beberapa makalah yang dipresentasikan dalam kongres tersebut telah mengupas urgensi perempuan untuk tampil ke panggung bersama ulama-ulama laki-laki dalam menangani isu isu kekinian mengingat dominasi ulama laki-aki selama ini ternyata belum mampu menyelesaikan beberapa isu penting seperti radikalisme dan terorisme.
” Sentuhan ulama perempuan dalam berbagai sektor perlu dikembangkan mengingat perempuan memiliki keistimewaan dalam beberapa hal dibanding dengan ulama laki-laki. Perempuan sangat vital karena selain memiliki peran penting dalam pembinaan keluarga khususnya pembentukan karakter anak dalam rumah tangga. Ini sangat penting karena jika wilayah perempuan diperluas bukan saja dalam wilayah domestik maka ini dipastikan dapat mengubah tata hidup generasi muda yang lebih santun toleran dan lembut”. Demikian kata mahasin salah satu pemakalah dalam kongres tersebut.
Sementara itu pemakalah lain mengungkapkan bahwa tidak sedikit orang orang besar yang dibina oleh perempuan. Dalam sejarah islam perempuan memiliki peran penting dalam pengembangan dakwah islam seperti misalnya Aisyah Radiallahu Anha dikenal sebagai orang paling pandai , faqih dan paling baik.
KUPI menekankan bahwa Kongres Ulama Perempuan kali ini yang dihadiri lebih dari 800 peserta dari berbagai unsur di seluruh Indonesia akan berupaya keras mengintensifkan ulama perempuan dalam mendukung berbagai program pemerintah demi terwujudnya bangsa Indonesia yang bermartabat bebas dari radikalisme dan terorisme serta berbagai ancaman yang dihadapi masyarakat saat ini khususnya yang terkait dengan perlindungan hak-hak wanita dan pengembangannya.