Poso – Program Deradikalisasi menjadi salah satu bagian utama dari pencegahan tindak pidana terorisme. Dimana Deradikalisasi merupakan sebuah proses yang terencana, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan dengan tujuan untuk menghilangkan atau mengurangi dan membalikkan suatu paham radikal-terorisme yang telah terjadi.
Semakin hari, tantangan dalam melaksanakan deradikalisasi semakin berat karena beberapa faktor antara lain pengaruh globalisasi, masifnya penggunaan teknologi informasi, perkembangan paham radikal-terorisme, hingga adaptasi jaringan terorisme khususnya di Indonesia.
Beberapa provinsi di Indonesia memiliki catatan aktivitas jaringan terorisme yang cukup panjang, salah satunya di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Oleh karena itu hingga sekarang di Poso masih terdapat mantan narapidana kasus terorisme yang pernah terlibat dalam beberapa aksi terorisme terdahulu.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Subdit Bina Masyarakat pada Direktorat Deradikalisasi di Kedeputian I ibdang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi selama ini terus melakukan upaya pembinaan terhadap para mantan napi terorisme (napiter) . Diantaranya melalui kegiatan kewirausahaan.
Hal tersebut terlihat saat Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH, melakukan kunjungan dan bersilaturahmi kepada lima mantan narapidana kasus terorisme yang berada di satu tempat di Desa Poso Pesisir, Kelurahan Tabalu, Kabupaten Poso, pada Rabu (12/8/2020).
Kelima mantan Napiter tersebut yaitu Supriadi alias Upik Pagar, Arifuddin Lako Lako alias Iin Brur, Daeng Pasau, Rafly alias Papa dan Andang alias Ramdahan. Setelah sadar akan perbuatan kesalahan masa lalunya dan kembali untuk setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), saat ini kelima mantan napi terorisme tersebut tengah melakukan kegiatan usaha ternak ayam petelur.
Dalam kesempatan tersebut selain meninjau lokasi dan hasil dari kegiatan peternakan yang dilakukan tersebut oleh mantan napiter, Kepala BNPT juga memberikan bantuan satu unit motor yang dilengkapi bak terbuka dari Subdit Bina Masyarakat BNPT. Yang mana tentunya motor tersebut bisa digunakan bagi kelimanya untuk mendukung kegiatan operasinal usaha ternak ayam petelur,
bak untuk dimanfaatkan sebagai kendaraan operasional pengangkut logistik peternakan. Bantuan tersebut merupakan bagian dari program deradikalisasi yang digagas oleh Subdit Bina Masyarakat pada Direktorat Deradikalisasi BNPT.
Selain menyerahkan bantuan, Kepala BNPT pun menjajal langsung motor bak tersebut. Ia berpesan agar bantuan yang diberikan BNPT dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk aktivitas peternakan.
“Ini diberikan sebagai bantuan program deradikalisasi dari BNPT untuk dimanfaatkan secara bersama-sama khusus untuk mendukung aktivitas peternakan ayam petelur dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk mendukung pendistribusian logistik. Semoga bermanfaat dan jangan lupa isi bensin,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar sambal bergurau.
Dalam sambutannya usai menjajal motor tersebut, Kepala BNPT mengatakan bahwa kelima orang tersebut adalah mantan napiter yan gtelah selesai menjalani masa hukuman dan ikut serta dalam program deradikalisasi yang dilakukan BNPT, yang mana sekarang ini kelimanya memilih menjadi peternak ayam, khususnya ayam petelur.
“Jadi saat ini sudah ada sebanayak 5.000 ekor ayam. Dimana masing-masing ini memiliki sebanyak 1.000 ekor ayam. Punya mas Arifudin 1.000 (ekor), mas Upik 1.000 (ekor), Salamun 1.000 (ekor), Rafly 1.000 (ekor) dan mas Andang juga 1.000 (ekor),” ujar mantan Kapolda Papua ini.
Kepala BNPT pun mendoakan dan berharap apa yang dikerjakan kelimanya ini bisa sukses sehingga jumlah ayam petelur ini bisa menjadi maju, besar dan berlipat ganda.
Mudah-mudahan semuanya menjadi berkah dan kita doakan ayam petelurnya bertambah banyak lagi. Kalau ada yang bisa ditabung untuk menambah kandang dan menambah bibit ayam, mudah –mudahan pelan-pelan masing-masing bisa menambah jadi 2.000 (ekor),” ujar alumni Akpol tahun 1988 ini
Mantan Kepala Divisi Huams Polri pun menjelaskan bahwa ini adalah program deradikalisasi yang terus diupayakan BNPT agar bisa berkelanjutan. “Semoga bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya dan teman-teman yang melaksanakan ini sukses dan berkah dengan adanya kegiatan menjadi peternak ayam petelur,” kata Kepala BNPT mengakhiri.
Setelah menerima bantuan tersebut kelima mantan napiter ini mengaku sangat senang dan berterima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan BNPT. Arifudin Lako yang mewakili teman-temannya
Berjanji akan memelihara dan menggunakan motor tersebut ntuk memajukan usahanya. Dirinya pun juga berjanji untuk dapat menjaga keamanan dan perdamaian di Poso.
“Kami mengucapkan terima kasih banyak sudah diberikan bantuan dan sudah di support. Semoga bantuan ini sangat bermanfaat untuk kami dalam pendistribusian logistik maupun untuk produksi.Kami akan menjaga baik-baik apa yang sudah diberikan kepada kami,” ujar Arifudin Lako.
Sementara itu Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof Dr. Irfan Idris, MA, menjelaskan bahwa pembinaan melalui program deradikalisasi terhadap kelimanya d itu sudah dimulai dilakukan sejak tahun 2015 lalu. Dimana kelimanya mulai merintis usaha ayam petelur itu sejak tahun 2017-2018.
“Awalnya per orang itu ternah sebanyak 500 ekor ayam. Lalu meningkat lagi menjadi 1.000 ekor per orang. Sehingga totalnya sekarang ada 5.000 ekor,” ujar Prof Irfan Idris menjelaskan
Selain didampingi Direktur Deradikalisasi, dalam kunjungannya ke mantan napiter ini Kepala BNPT didampingi oleh Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, Kasubdit Bina Masyarakat Kolonel Sus Solihudin Nasution, Kasi Bina Dalam Masyarakat, Letkol Cpl. Hendro Wicaksono dan para staf BNPT lainnya.