Kunci melawan Wabah Radikalisme adalah Solidaritas Antar Sesama

Jakarta – Saat ini Indonesia sedang menghadapi satu wabah yang itu juga adalah teror bagi kita yaitu Covid-19. Hasil pembelajar selama kurang lebih hampir 2 tahun ini, kunci untuk melawan teror wabah ini adalah solidaritas diantara kita untuk saling membantu dan saling mengingatkan satu sama lain. Tidak terkecuali juga wabah radikalisme juga memiliki solusi yang sama untuk mengatasinya.

Pendakwah millenial dan Penulis Indonesia, Habib Husein Ja’far Al Hadar, S.Fil.I., M.Ag., mengatakan bahwa wabah virus radikalisme dan terorisme tidak kalah berbahayanya dengan virus Covid-19 dan kunci untuk mengalahkannya adalah solidaritas diantara diantara sesama.

“Di tengah wabah Covid-19 seperti saat ini, justru gerakan-gerakan terorisme secara sunyi dan senyap bisa melakukan koordinasi atau bahkan ancaman ancaman yang serius. Karena itu kita harus tetap waspada dengan terus melakukan berbagai upaya-upaya kontra terhadap radikalisme dan terorisme,” ujar Habib Husein Ja’far Al Hadar di Jakarta, Kamis (15/7/2021).

Sehingga menurutnya, sudah sepatutnya mari galang solidaritas saat ini bukan hanya terhadap teror wabah virus Covid-19 tetapi juga teror virus radikalisme dan ekstrimisme yang selama ini terus mengancam disekitar kita. Karena menurutnya, kelompok radikal dan intoleran ini melakukan paparan kepada masyarakat dengan memasukkan paham radikalisme dan ekstrimisme.

“Maka kuncinya adalah memapar balik mereka dengan konten-konten yang anti pada radikalisme dan terorisme ataupun ekstrimisme melalui konten-konten toleransi, konten-konten perdamaian dan lain sebagainya,” tutur pria yang akrab disapa Habib Ja’far ini.

Dirinya meyakini bahwa kelompok moderat yang ada saat ini pasti akan menang. Karena pada dasarnya manusia itu diciptakan dengan penuh cinta. Menurut Habib Ja’far, kuncinya adalah memapar masyarakat dengan konten-konten toleran dari contoh kegiatan sehari-hari.

“Misalnya kalian punya teman yang non muslim, lalu kalian foto bareng atau bikin video bareng lalu di sebarkan di media sosial,” terangnya.

Lebih lanjut, pria kelahiran Bondowoso, 21 Juni 1988 ini menyebut bahwa semua pihak barus bersama-saa share konten-konten yang sudah ada tentang toleransi sampai pada titik, suatu hari kita ketika ada foto seorang pendeta berjalan dengan seorang Ustaz nggak lagi viral karena itu bukan lagi sesuatu yang luar biasa. Justru menjadi hal yang biasa banget melihat perbedaan dihadapi dengan toleransi dan penuh perdamaian.

“Kalau masih ada foto-foto toleransi yang masih viral, disatu sisi kita sedih karena toleransi masih dianggap sesuatu yang luar biasa. Apalagi kita tahu bahwa kelompok toleran ini mayoritas sebenarnya di Indonesia, namun mereka masih silent,” ucap lulusan Magister Tafsir Qur’an dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Ia mengajak agar semua pihak bersama-sama memenuhi media sosial dengan konten-konten yang toleran. Tidak harus yang ribet, tidak harus pakai yang HP yang canggih. Karena menurutnya, kalau kita bicara vaksinnya, maka itu adalah metode penyebarannya, ibarat vaksin Covid-19 ini adalah suntikannya, yang mana isi dari suntikan tersebut adalah ideologi yang moderat.

“Oleh karena itu vaksinnya adalah vaksin ideologi tentang persatuan, perdamaian, toleransi, cinta kasih dan lain sebagainya. Itu yang seharusnya disuntikkan,” jelas Habib Ja’far.

Selain itu, Habib Ja’far mengungkapkan bahwa sebetulnya para pemuka agama, pemerintah serta organisasi keagamaan dapat turut serta melakukan vaksinasi terhadap virus radikalisme ini. Karena mereka memiliki semua infrastruktur sampai tingkat yang paling bawah. Ia mencontohkan NU, Muhammadiyah ataupun Robito Alawiyah yang memiliki cabang sampai ranting, minimal sampai tingkat Kabupaten/Kota,

“Maka gunakan semua infrastruktur yang ada itu untuk kemudian menyebarkan nilai-nilai ideologi yang pro-NKRI, yang pro kepada keberagamaan yang morderat dan Cinta Damai,” ujarnya mengakhiri.