Balikpapan – Tantangan dalam upaya pencegahan radikal terorisme pada era globalisasi sangat kompleks, oleh karenanya dibutuhkan pemahaman yang komprehensif terkait pencegahan dan penanggulangan radikal terorisme, terutama pada objek vital nasional disemua wilayah Indonesia.
Menyikapi berbagai penomena yang terjadi serta menyiapkan berbagai langkah pengamanan serta pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Direktorat Perlindungan Subbidang Mineral Dan Batubara mengumpulkan stakholder terkait melalui kegiatan Workshop Prosedur Pelaksanaan Penanganan Keamanan Objek Vital Nasional Subbidang Mineral Dan Batubara Dalam Rangka Penanggulangan Terorisme. Bertempat di Ballrom Grand Tjokro Hotel Balikpapan. Selasa (16/10/2019)
Kolonel Mar. Wahyu Herawan, M.Sc. selaku Kasubdit Objek Vital Dan Transportasi BNPT mengungkapkan tidak mudah untuk menanggulangi terorisme, oleh karena itulah harus dipahami secara baik bagaimana pola terorisme tersebut, pola bangunan terorisme sama seperti piramida, paling atas adalah terorisme itu sendiri, dimana seseorang telah melakukan tindakan teror, kedua adalah radikalisme dimana seseorang atau kelompok menyebarkan narasi pemerintah thogut, mengkafirkan sesama muslim dan ketiga adalah sikap intoleransi.
“Intoleransi, dalam memahami sebuah teks itu tunggal tidak bisa melihat yang lain, tidak bisa mencari yang benar, tidak bisa menghargai pandangan orang lain”. Ungkapnya dihadapan 100 orang peserta workshop.
Lebih lanjut, kolonel Mar. Wahyu menjelaskan bahwa memahami polanya saja tidak cukup, maka penting bagi semua lapisan masyarakat terutama stakholder yang bertugas di bidang Obvit untuk mengetahui bagaimana seseorang telah terpapar radikal terorisme.
“Individu yang telah terpapar radikal terorisme bisa dilihat dari keseharianya, dia akan menjadi lebih tertutup serta menghabiskan keseharianya dengan kelompoknya saja, lebih berani mengkritik pemerintah serta sistem yang ada dimasyarakat, menjauh dari keluarga dan menampakkan sikap beragama yang berubah serta berbeda dari masyarakat pada umumnya”.
Individu atau kelompok yang telah terpapar radikal terorisme secara massif akan menyebarkan narasi propaganda khilafah sebagai sistem yang wajib untuk diterapkan, narasi propaganda khilafah dijustifikasi menggunakan dalil-dalil agama menurut penafsiran mereka saja sehingga masyarakat akan mudah terjebak dan menjadi pengikutnya.
“Nabi Muhammad Saw. Tidak pernah memerintahkan untuk menerapkan satu sistem pemerintahan, bahkan ketika beliau wafat yang panggil berulang-ulang adalah umatnya, pengganti beliau yaitu sahabat Abu Bakar Ash Siddiq dipilih oleh para sahabat untuk melanjutkan kepemimpinan, selanjutnya Umar bin Khattab juga dipilih melalui musyawarah, Usma bin Affan hingga sahabat Ali bin Abi Thalib juga melalui pemilihan”. Ungkapnya
Propaganda khilafah inilah yang juga disebarkan secara massif oleh kelompok teroris yang bernama Islamic State Of Irak and Syam (ISIS). Narasi mereka adalah syam merupakan tanah yang dijanjikan, maka tidak heran kemudian banyak orang-orang dari seluruh dunia yang telah terpapar radikal terorisme berangkat ke Irak maupun Syiria.
Namun pasca kekalahan ISIS pada pertengahan 2017 tepatnya bulan Juni, para petinggi kelompok teroris ISIS memerintahkan para pengikutnya untuk melakukan teror dinegara masing-masing dan tidak perlu datang ke Syiria. Seruan ini disambut dengan berbagai teror yang kemudian terjadi diberbagai belahan dunia maupun Indonesia, inilah yang patut diwaspadai diberbagai tempat Obvit Nasional.
Selanjutnya Kasubdit Obvit dan Transportasi Kolonel Mar Wahyu Herawan menjelaskan berbagai Modus kelompok teroris dalam melakukan teror dengan cara melakukan bom bunuh diri di Kerumunan petugas keamanan, melakukan penyerangan menggunakan senjata tajam kepada aparat penegak hukum, pelemparan dengan granat dan bom Molotov di kerumunan massa, penyerangan dengan menggunakan mobil dan truk yang ditabrakan di kerumunan massa.
Tidak ada tempat yang imun dari paham radikal terorisme oleh karena itulah potensi ancaman pelaku aksi teror pada Objek Vital selalu ada, ancaman bisa datang dari dalam (Tenaga kerja atau pegawai yang terpapar radikal) dan ancaman dari luar (Individu Eksternal yang terpapar paham radikal).
Diakhir paparanya Kolonel Mar. Wahyu meminta seluruh elemen masyarakat maupun stakholder terkait untuk bersama-sama melakukan pencegahan paham radikal teroris dilingkungan masing-masing dengan cara menanamkan rasa nasionalisme dan pengamalan Pancasila, serta perkaya wawasan keagamaan dan mendalaminya melalui sumber/tokoh terpercaya.
Hadir dalam Workshop Prosedur Pelaksanaan Penanganan Keamanan Objek Vital Nasional Subbidang Mineral Dan Batubara Dalam Rangka Penanggulangan Terorisme antara lain, Direktur Perlindungan BNPT, Brimob, Polres Paser, Yonzipur 17/AD, Lanal BPP, Yonif R600, Angkatan Udara, TNI AD Kodim 0904/TNG, Dit Pam Obvit, PT. TCM, PT. IMB, BPBD/Pemadam, PT. INDOMICO COALINDO, DITPAM OBVIT POLDA, Ditreskrimsus POLDA, PT. BERAU COAL, PT. TRUBAINDO COOL MINING, dan Kasatpam RSUD.