Magelang – Mahasiswa dan generasi muda harus tahu dan paham tentang bahaya serta ciri-ciri radikalisme. Itu penting agar mereka tidak terpapar paham radikal yang bisa mengancam masa depan bangsa dan negara.
Hal itu dikatakan Direktur Deradikalisasi BNPT RI, Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM, saat memberikan kuliah umum di Universitas Tidar (Untidar, Magelang. Kuliah umum diikuti mahasiswa Universitas Tidar (Untidar) dan siswa SMA/SMK di Magelang bertempat di Gedung Kuliah Umum dr. H. R. Suparsono Untidar, Selasa (14/3/2023).
Nurwakhid menyampaikan, radikalisme itu tidak terkait dengan agama manapun. Radikalisme menurutnya meliputi ideologi-ideologi yang mengancam Pancasila dan mampu mengancam stabilitas dan konsensus negara. Radikalisme justru berhubungan dengan pemahaman dan cara beragama yang menyimpang serta menyalahi ajaran agama itu sendiri.
“Kasus yang sering kali terjadi adalah membela agama. Agama itu ada untuk diamalkan. Praktik beragama pun tidak akan bisa utuh dan khusyuk jika negara tidak aman dan damai,” jelasnya.
Bangsa Indonesia sebagai pemilik suku bangsa, bahasa daerah, dan pulau terbanyak di dunia tentu memiliki risiko tinggi. Terlebih, Indonesia memiliki enam kepercayaan dengan beragam aliran kepercayaan adat.
Ia menyampaikan, oleh sebab itu perlu adanya sebuah upaya dalam diri untuk menangkis hal-hal tersebut. Dengan berpedoman pada moderasi beragama, yakni selalu berpedoman pada Pancasila, bhinneka tunggal ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Undang-undang 1945. Kemudian toleransi, dan Jangan merasa paling agamis serta hormati sesama.
“Serta, mengakomodasi kebudayaan dan kearifan lokal. dan terakhir, antikekerasan,” jelasnya. –
Nurwakhid menyampaikan, hal-hal yang bisa dilakukan pemuda dan masyarakat dalam menangkal radikalisme. Contohnya lebih selektif dalam mengikuti akun-akun di media sosial.
“Segera unfollow saja akun yang sudah menjurus radikal, seperti akun-akun yang terlalu fanatik pada agama tertentu, menyebar hoaks dan konten yang memecah belah persatuan dan toleransi,” pungkasnya.
Sementara itu, Rektor Untidar Magelang Prof. Sugiyarto menekankan, pentingnya memahami bahaya radikalisme demi membangun jiwa nasionalisme pemuda. Terlebih, Magelang memiliki catatan sejarah yang luar biasa.
“Kita harus terus memberikan catatan yang terbaik. Dan saya berharap, ke depan Untidar tidak hanya mengadakan kuliah umum, tetapi juga kegiatan nyata untuk memupuk nasionalisme,” ujarnya. (