Militer AS dan Rusia akan menggelar pertemuan “segera mungkin” untuk menghindari bentrokan antara pasukan mereka di Suriah, seperti disampaikan oleh diplomat negara tersebut.
Pejabat pertahanan Rusia mengatakan pesawat tempur mereka melancarkan sekitar 20 misi serangan udara menggempur kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam ISIS, Rabu (30/09). Tetapi AS menyatakan kekhawatiran bahwa sasaran Rusia adalah musuh non-ISIS dari sekutu Rusia, pemimpin Suriah Bashar al-Assad. Serangan udara AS menyasar ISIS di dua wilayah Suriah dan Irak.
NATO menyatakan sedikit sekali koordinasi antara Rusia dengan pasukan gabungan yang dipimpin AS untuk memerangi kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan ada kebutuhan untuk “membangun saluran komunikasi untuk menghindari insiden yang tidak diinginkan”.
Sementara Menlu AS John Kerry, menyatakan akan melakukan pembicaraan “sesegera mungkin,” -kemungkinan Kamis (1/10) ini. Perang Suriah telah berkecamuk selama empat tahun, melibatkan berbagai kelompok bersenjata yang berperang untuk menggulingkan pemerintah. AS dan sekutunya bersikukuh Presiden Assad harus turun dari jabatannya, sementara Rusia mendukung Assad tetap di posisinya.
Rabu lalu, serangan udara Rusia dilaporkan mengenai wilayah yang dikuasai pemberontak di Provinsi Homs dan Hama, yang menyebabkan kerusakan besar. AS menyatakan diberitahu mengenai serangan itu satu jam sebelumnya.
Menteri Pertahanan Rusia mengatakan serangan udara negaranya menargetkan peralatan ISIS, fasilitas komunikasi, gudang senjata, amunisi dan pasokan bahan bakar- dan tidak mengenai infrastuktur sipil atau area di sekitarnya.
Aktivis oposisi Suriah mengatakan pesawat tempur Rusia telah menghantam sejumlah kota termasuk Zafaraneh, Rastan dan Talbiseh, yang menyebabkan 36 warga sipil tewas, termasuk beberapa anak-anak.
Aktivis mengatakan wilayah tersebut tidak ada yang dikuasai oleh ISIS.