Jakarta – Sebanyak 467 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) Marinir dan Komando Pasukan Katak (Kopaska) di bawah jajaran Koarmada I melakukan latihan antiteror di pelabuhan JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis, (28/11).
Kegiatan ini untuk mengantisipasi terjadinya tindakan terorisme, khususnya di wilayah maritim.
“Tidak hanya personel yang dilibatkan dalam latihan anti-teror ini, namun sejumlah alutsista juga dikerahkan, seperti kapal perang (KRI), kapal Angkatan Laut (KAL), Searider, perahu karet dan Heli Bell 412,” kata Panglima Koarmada I, Laksamana Muda TNI Muhammad Ali usai kegiatan latihan.
Dia mengatakan, latihan itu digelar dalam rangka untuk melindungi objek vital yang ada di wilayah kemaritiman seperti Pelabuhan dari bahaya atau ancaman terorisme khususnya terorisme maritim.
“Dalam latihan tadi, pasukan melakukan VBSS (Visit, Board, Search and Seizure) dan melakukan penjinakan bom yang seolah-olah dipasang oleh teroris,” katanya.
Target yang diberikan kepada personel yang melakukan latihan, kata Ali, harus bergerak cepat, silent, senyap dan dapat sesingkat-singkatnya melumpuhkan pengacau keamanan, termasuk terorisme.
Pangkoarmada I menegaskan, pasukan dibawah kepemimpinannya harus selalu siap dari segala ancaman terorisme, khususnya terorisme maritim.
“Mereka pasukan yang harus selalu siap segala ancaman terorisme khususnya terorisme maritim,” tegas Ali.
Kondisi keamanan maritim di Indonesia sendiri, tambah dia, untuk saat gangguan teroris wilayah maritim hampir belum ada.
“Mudah-mudahan tidak ada untuk seterusnya, kita lihat gangguan terorisme selalu di darat. Tapi kita tetap antisipasi. Untuk menghadapi hal tersebut makanya tetap harus dilatih. Karena kekhususan kita pasukan katak ini dan Taifib berada di kawasan pelabuhan, pantai, kapal dan wilayah laut,” tuturnya.