Jakarta – Praktik intoleransi selalu berujung pada tindak kekerasan.
Bak api dalam sekam, peristiwa itu dari waktu ke waktu kerap muncul di
berbagai wilayah di Indonesia. Intoleransi dapat dapat dibendung jika
pemahaman tentang keberagaman terus dipertebal. Dalam hal ini banyak
pihak harus terlibat aktif, baik pemerintah hingga masyarakat luas.
Hal itulah yang diulas dalam diskusi dan bedah film ‘Puanhayati :
Threads of faith’ dan ‘Ahmadyah’s Dilemma’. Film pendek yang
menggambarkan bagaimana dinamika sosial yang dialami penganutnya di
Indonesia.
“Indonesia kan sesungguhnya adalah bangsa yang besar, kita menjadi
besar karena kita punya banyak keberagaman,” terang Komisioner Komnas
Perempuan, Andy Yentriyani, di Universitas Pamulang, Tangerang
Selatan, Sabtu (2/3/2024).
“Sayangnya, memang informasi tidak cukup merata untuk diketahui. Dan
seringkali juga terlalu banyak hal dalam hidup ini yang membuat kita
tidak terlalu peduli soal keberagaman itu sendiri,”sambungnya.
Menurutnya, peristiwa kekerasan akibat sikap intoleransi selalu
diawali dengan hal-hal yang dianggap berbeda di tengah masyarakat.
Pada setiap konflik itu, kata dia, pasti selalu ada kaum perempuan
yang menjadi korban di dalamnya.
“Dengan adanya 2 film ini, kami dari Komnas Perempuan tentunya
berharap akan ada ruang-ruang untuk mendialogkan keberagaman di
Indonesia. Dan juga memastikan bahwa kita bisa hidup berdampingan
dengan damai dan tentram. Ini sangat penting, karena dalam peristiwa
intoleransi pasti ada perempuan yang menjadi korbannya,” paparnya.