Jakarta – Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Anis Hidayah memprediksi tindak intoleransi dalam kehidupan beragama akan mengalami peningkatan menjelang penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Menurutnya, hal tersebut perlu mendapatkan perhatian dan harus diantisipasi pemerintah.
“Jadi bisa diprediksi intoleransi makin meningkat dalam kontestasi pemilu,” kata Anis saat menjadi pembicara dalam diskusi ‘Catatan Akhir Tahun Toleransi dan Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan di Indonesia’ yang digelar Imparsial secara daring, Rabu (28/12).
Dia berkata agama kerap dipolitisasi di setiap penyelenggaraan pemilu. Atas dasar itu, menurutnya, harus ada langkah yang serius untuk memastikan narasi kampanye di Pemilu 2024 mendatang mengandung muatan toleransi beragama.
Anis berkata materi kampanye yang intoleran harus dilawan dengan cara tidak memilih calon atau kandidat yang menggunakan agama sebagai alat politik.
“Materi kampanye yang intoleran itu kita harus counter, sampaikan kepada publik jangan memilih kandidat yang intoleran yang menggunakan agama sebagai alat politik untuk mendapatkan suara, tetapi begitu dia terpilih atas nama satu organisasi tertentu tidak melakukan upaya apa-apa ketika terjadi kasus kebebasan beragama atau berkeyakinan di beberapa wilayah,” katanya.
Lebih lanjut, Anis menyampaikan bahwa pusat dari Pemilu 2024 ialah pemilih pemula. Dia bilang beragam upaya pendekatan, edukasi politik, moderasi keberagaman kepada harus dilakukan untuk menghadirkan pemilu yang jauh dari muatan intoleransi.
Anis menambahkan ruang publik terutama media sosial harus diisi dengan materi toleran yang mengajak beragama secara moderat dan saling menghormati.
Menurutnya, langkah-langkah untuk mengantisipasi tempat ibadah dipakai untuk menyiarkan dukungan ke kandidat tertentu, harus dilakukan.